Mohon tunggu...
Try Kusumojati
Try Kusumojati Mohon Tunggu... -

selalu ingin tahu lebih

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mirna dan Dosa (bayu dan masa lalu)

27 Februari 2011   06:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:14 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

**

Ketika sadar, aku sudah berada di sebuah rumah sakit. Entah siapa yang mengantarku malam itu. Aku sungguh ingin bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih, atau mungkin mencacinya. Karena pada saat itu, aku lebih memilih untuk mati saja. Kabar tentang pristiwa kelam itu sangat cepat menyebar di kampungkudan terdengar oleh Bayu dan keluarganya. Keluarga Bayu pun mempunyai alasan baru untuk semakin menghinaku. Mereka semakin bersemangat untuk memisahkan Bayu dariku. Mereka sepertinya sudah tahu bahwa aku dan Bayu masih sering bertemu secara sembunyi-sembunyi. Mungkin mereka mengetahui hal tersebut dari orang-orang yang mereka sewa untuk mengawasiku. Sejak kejadian itu, Bayu tak pernah menemuiku lagi. Ia mengingkari janjinya untuk tidak meninggalkanku apapun yang terjadi. Aku menjadi depresi dan terluka. Begitu pula ibuku. Ia sungguh tak tahan dengan omongan para tetangga di kampungku yang sering mencibir kami. Ibu-pun memutuskan untuk pindah dari kampung tersebut. Ibu menjual rumah kecil harta warisan dari orang tua ibuku. Uang hasil menjual rumah sebagian digunakan untuk membayar rumah sakit. Sebagian lagi di tabung dan di gunakan untuk sewa rumah kontrakan kami yang baru, tempat tinggal kami sekarang. Rumah kontrakan kami yang sekarang, jaraknya sangat jauh dari kampungku dulu. Ibu memang sengaja memilih daerah yang jauh dari tempat tinggal kami yang dulu. Sempat terpikir untuk meninggalkan Jogjakarta, tapi Ibu tak tahu hendak kemana. Tidak ada keluarga yang sudi menampung kami.

**

Dan disinilah aku sekarang, dan beginilah aku sekarang. Tujuh tahun sudah Bayu, kemana saja kamu? Disaat aku butuh seseorang untuk melindungiku, di saat aku membutuhkan seseorang untuk mencintaiku, kamu menghilang begitu saja. Kamu mengingkari janjimu Bayu, kamu meninggalkanku justru di saat aku benar-benar membutuhkanmu. Dan sekarang kamu kembali, begitu mudah kata maaf keluar dari mulutmu. Begitu mudahnya kau buka pintu luka yang telah lama kututup rapat-rapat.

sebelumnye..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun