Mohon tunggu...
Try Kusumojati
Try Kusumojati Mohon Tunggu... -

selalu ingin tahu lebih

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mirna dan Dosa (bayu dan masa lalu)

27 Februari 2011   06:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:14 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Tapi Mir…”

“Pergi!!!!” Ku bukakan pintu kamar, kutarik tangannya dan kusuruh ia untuk segera pergi dari kamarku.

Dia terlihat enggan, wajahnya seperti ingin mengatakan bahwa ia masih ingin berbicara denganku. Ia mencoba menahan tanganku dan hendak memeluk tubuhku. Tapi segera kutepis tangannya dan ku dorong tubuhnya keluar.

“Aku sayang kamu Mir…” Suranya masih terdengar.

Kututup pintu kamarku dengan kencang. Aku jongkok di sudut kamar. Air mataku tak henti-hentinya membasahi pipi. Aku tak percaya, aku tak percaya dia datang lagi. Aku sedih, aku terpukul. Aku malu karena dia menemukanku dengan kondisi yang sangat menjijikkan. Aku malu karena sekarang aku bukanlah Mirna yang dulu. Aku yang sekarang adalah seorang pelacur. Perempuan murahan yang merelakan tubuhnya untuk di tukar dengan uang. Aku adalah perempuan najis. Perempuan yang berlumur dosa. Tubuhku penuh dengan cairan kotor dari puluhan pria bangsat. Aku tak henti-hentinya menangis sampai mami Sarah membuka pintu kamar yang memang tidak ku kunci. Ia memelukku dengan erat. Aku-pun menangis di pelukannya. Jemari tangannya membelai rambutku dengan lembut. Aku menjadi sedikit tenang dan nyaman. Mami Sarah memang tempatku menyurahkan segala isi hati. Dia adalah seorang pendengar yang baik. Dia juga sering memberikan nasihat, walaupun terkadang nasihat yang ia berikan berbeda jauh dengan yang ia lakukan sendiri dalam kehidupannya.

**

Aku sudah sedikit tenang. Air mataku sudah tidak menetes seperti tadi lagi. Mami Sarah merangkulku dan mengajakku duduk di atas kasur . Ia memberiku segelas air putih yang memang telah ia siapkan untuk diriku sejak tadi.

“Minum dulu Mir..” ujarnya.

Kuambil gelas yang berisi air putih dari genggamannya. Kuminum perlahan. Aku masih terdiam, aku masih syok dengan kejadian tadi. Mami Sarah seperti mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku. Dia memang telah mengetahui segalanya tentang aku. Termasuk masa laluku.

“Itu yang namanya Bayu Mir?” Mami Sarah bertanya padaku.

“Iya mi..” jawabku singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun