“Tapi Mir…”
“Pergi!!!!” Ku bukakan pintu kamar, kutarik tangannya dan kusuruh ia untuk segera pergi dari kamarku.
Dia terlihat enggan, wajahnya seperti ingin mengatakan bahwa ia masih ingin berbicara denganku. Ia mencoba menahan tanganku dan hendak memeluk tubuhku. Tapi segera kutepis tangannya dan ku dorong tubuhnya keluar.
“Aku sayang kamu Mir…” Suranya masih terdengar.
Kututup pintu kamarku dengan kencang. Aku jongkok di sudut kamar. Air mataku tak henti-hentinya membasahi pipi. Aku tak percaya, aku tak percaya dia datang lagi. Aku sedih, aku terpukul. Aku malu karena dia menemukanku dengan kondisi yang sangat menjijikkan. Aku malu karena sekarang aku bukanlah Mirna yang dulu. Aku yang sekarang adalah seorang pelacur. Perempuan murahan yang merelakan tubuhnya untuk di tukar dengan uang. Aku adalah perempuan najis. Perempuan yang berlumur dosa. Tubuhku penuh dengan cairan kotor dari puluhan pria bangsat. Aku tak henti-hentinya menangis sampai mami Sarah membuka pintu kamar yang memang tidak ku kunci. Ia memelukku dengan erat. Aku-pun menangis di pelukannya. Jemari tangannya membelai rambutku dengan lembut. Aku menjadi sedikit tenang dan nyaman. Mami Sarah memang tempatku menyurahkan segala isi hati. Dia adalah seorang pendengar yang baik. Dia juga sering memberikan nasihat, walaupun terkadang nasihat yang ia berikan berbeda jauh dengan yang ia lakukan sendiri dalam kehidupannya.
**
Aku sudah sedikit tenang. Air mataku sudah tidak menetes seperti tadi lagi. Mami Sarah merangkulku dan mengajakku duduk di atas kasur . Ia memberiku segelas air putih yang memang telah ia siapkan untuk diriku sejak tadi.
“Minum dulu Mir..” ujarnya.
Kuambil gelas yang berisi air putih dari genggamannya. Kuminum perlahan. Aku masih terdiam, aku masih syok dengan kejadian tadi. Mami Sarah seperti mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku. Dia memang telah mengetahui segalanya tentang aku. Termasuk masa laluku.
“Itu yang namanya Bayu Mir?” Mami Sarah bertanya padaku.
“Iya mi..” jawabku singkat.