“Aku tak ingin mengetahui apapun!! Sudahlah, jangan ganggu aku lagi!” Kembali kubalas sms dari Bayu.
“Ini sangat penting Mir. Menyangkut hidupku dan hidupmu. Menyangkut hubungan kita berdua Mir.”
Aku tak membalas sms Bayu yang terakhir. Apa gerangan yang sedang terjadi? Apa yang menyebabkan Bayu tiba-tiba mencariku? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai memenuhi pikiranku. Ada rasa keingintahuan yang besar. Namun rasa takut juga menyerangku. Aku takut pertemuanku dengan Bayu akan membuka luka lamaku. Aku takut perasaan cinta yang sudah kukubur dalam-dalam akan hidup kembali. Jauh di dalam lubuk hatiku, masih tersisa ruang untuk Bayu. Hanya Bayu. Tapi ruang itu sudah mengecil, dan aku takut ruang itu menjadi besar dan luas. Apalagi saat ini, separuh hatiku sudah kucurahkan untuk om Jerry. Hatiku bergejolak. Terjadi pertempuran yang dahsyat antara cinta, luka lama dan bayanganku akan masa depan.
“Sudah selesai neng ayu. Tinggal tangan dan bagian depan. Ayo terlentang.”
Aku membalikkan tubuhku.
“Neng ayu lagi ada masalah ya?” Mbah Karti kembali bertanya. Raut mukaku pasti terlihat jelek. Aku memang tidak pernah bisa menyembunyikan perasaanku di depan orang lain.
“Gak kok mbah. Masalah kecil aja. Biasalah mbah, masalah cinta.”
“Masalah cinta itu bukan masalah kecil neng ayu. Satu-satunya hal yang paling indah di dunia ini adalah cinta. Bagaimana cinta bisa memainkan emosi kita. Membuat kita tertawa, menangis, terluka dan bahagia. Cinta memiliki segala hal dalam diri manusia. Jangan pernah membohongi diri sendiri. Jangan pernah takut. Cinta itu tidak pernah salah.”
Aku tertegun mendengar petuah dari mbah Karti . Mungkin mbah Karti benar. Tapi mbah Karti pasti tidak pernah tahu rasanya menjadi diriku. Mbah Karti tidak mengetahui masa laluku.
“Makasi mbah..”
“Dulu, waktu mas Jono ikut perang, setiap malam aku habiskan dengan rasa khawatir. Rasa tidak percaya, rasa kesepian dan terluka. Aku pernah meminta mas Jono untuk tidak ikut berperang, karena aku sangat mencintainya dan aku takut kehilangannya. Tapi mas Jono bersikeras. Dia begitu mencintai negeri ini. Aku merasa mas Jono sudah tidak mencintaiku lagi. Apalagi waktu itu kami baru saja melangsungkan pernikahan. Tapi mas Jono meyakinkanku. Jangan kau bandingkan rasa cintaku padamu dengan apapun. Karena tak akan pernah ada yang sanggup mengalahkan rasa cintaku padamu. Begitu kata mas Jono. Hingga perang usai, dan ia kembali untukku..”