Syahdan di akhir tahun 2007 ketika sedang berkecamuk krisis sub prime mortgage, ada seorang pasien yang terbaring di rumah sakit. Dia sedang dirawat karena sakit demam berdarah. Hiburan dia satu-satunya adalah menonton siaran TV. Berita dan acara lainnya.Â
Berita kala itu sedang banyak membahas mengenai krisis ekonomi yang melanda dunia. Krisis kala itu memang episentrum nya di Amerika. Tetapi mengingat adanya global trading of financial asset, maka krisis tersebut mendunia.Â
Indonesia seharusnya cukup kebal terhadap krisis ini. Hal ini disebabkan perdagangan aset keuangan di Indonesia tidak sebanyak di negara lain, Singapore misalnya. Tapi mengingat karakteristik ekonomi Indonesia yang terbuka, maka rembetan krisis seperti tahun 1997-1998 mungkin saja terjadi.Â
Kepanikan pemerintah dan investor di Indonesia terasa akibat semua negara tetangga sudah memagari dirinya masing-masing agar tidak terimbas krisis. Intinya kondisi keuangan Indonesia sangat rentan. Ibarat balon yang menggelembung sedikit tertusuk jarum bisa pecah. Indonesia sudah trauma dengan ongkos BLBI yang demikian besar. Jangan sampai itu terjadi lagi.Â
Kembali ke cerita si pasien, kebetulan di rumah sakit itu ada seekor tokek ajaib yang bisa menirukan suara manusia. Karena topik di TV hanya membahas soal sistemik dan non-sistemik dari satu bank yang bermasalah, maka si tokek itu hanya bisa bersuara : tokek sistemik ... tokek gak sistemik .. terus berulang.Â
Kata sistemik dan non sistemik ini sudah benar-benar merasuki pikiran si pasien. Sampai terbawa pada percakapan dengan dokter, seperti ini:
Dokter (D) : Jadi dengan memperhatikan kondisi bapak, bapak tidak boleh pipis turun dari tempat tidur. Pakai kateter saja di tempat tidur.Â
Pasien (P) : Lho kan jalan ke toilet itu tidak sistemik Dok. Sepele banget.Â
D : Saya tau Pak. Bahkan kita bisa pipis sambil berlari. Seperti ungkapan guru kencing berdiri, murid kencing berlari.Â
P : Jadi kenapa saya dilarang Dok padahal itu pekerjaan sepele. Istilah ekonomi nya tidak sistemik?
D : Ketika trombosit Bapak turun ada kondisi dimana pembuluh darah Bapak itu melebar dan menjadi sangat tipis. Sangat mungkin terjadi pecahnya pembuluh darah. Apalagi kalau jatuh atau terbentur. Jadi yang Bapak sebut tidak sistemik itu jangan Bapak lakukan. Bapak pipis pakai kateter saja ya.Â
P : Oh, Ok Dok. (Ngeri juga si Pasien rupanya)
Si Tokek juga pasti mendengar percakapan itu dan percakapan di berita TV. Dan dia terus berbunyi tokek sistemik .. tokek gak sistemik. Sebagai pasien yang butuh ketenangan, segera meminta petugas rumah sakit untuk memindahkan tokek itu.Â
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya petugas rumah sakit datang juga. Tokek masih bisa berbunyi tokek sistemik .. tokek gak sistemik. Sampai akhirnya diambil oleh petugas rumah sakit, suara terakhir yang dikeluarkan oleh tokek adalah : tokek gak sistemik.
Begitu si pasien keluar dari rumah sakit dan sembuh, segera si pasien mendatangi rumah sakit itu dan menanyakan keberadaan tokek ajaib. Alasannya adalah ternyata keputusan politik nya adalah non-sistemik. Keputusan itu sepetinya hanya melihat dari satu sisi dan dalam kondisi semuanya berjalan baik. Padahal pada saat ekonomi meradang hal kecil pun bisa jadi masalah besar. Kalau benar-benar meledak, siapa yang mau mengakui sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesalahan pengambilan keputusan? Pasti semua tiarap.
Si pasien bersikukuh mencari tokek ajaib karena menganggap bahwa tokek ajaib itu adalah peramal hebat seperti Paul si gurita yang pandai meramal hasil pertandingan sepak bola di piala dunia tahun 2010. Nah siapa tahu di piala dunia 2018 di Rusia bisa menghasilkan banyak uang. (Try)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H