Mohon tunggu...
Triyono
Triyono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menjadi murid, belajar sepanjang hayat untuk mencintai kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Refleksi Iman Taggal 12 Desember : Pengampunan dan Kasih di Tengah Duka Mendalam

17 Desember 2024   18:33 Diperbarui: 17 Desember 2024   18:33 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sudah  berapa kali saya memimpin upacara pemakaman .  Dengan khotbah yang berpusatkan kepada Akitab membrikan penguatan tentang kepastian keselamatan didalam Tuhan Yesus. Tetapi bagaimana jika peristiwa kematian tragis itu terjadi kepada orang yang saya kasihi ?. Saya menghayati bahwa kematian merupakan salah satu anugerah Tuhan bukan akhir dari segalanya yang tidak bermakna.

Saya selalu mengingat peristiwa tanggal 12 Desember sebagai hari yang istimewa dimana semua orang Kristen sibuk menyambut Natal  namun kami diberikan anugerah Tuhan yang berbeda .

Jonathan dipangil pulang oleh Bapa di Sorga.

Kematian Jonathan, keponakanku, dan Ibu Sani Sutinah, kakak iparku di Kalimantan , pada tanggal 12 Desember beberapa tahun silam, adalah peristiwa yang meninggalkan luka yang begitu mendalam. Mereka meninggal dengan cara yang tragis, di tangan seorang yang tidak bertanggung jawab. Berita ini datang begitu mendadak, menghentakkan hati dan menguji keimanan saya sebagai seorang hamba Tuhan yang pada saat itu sedang melayani di gereja dan menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah. Lebih dari sekadar kehilangan, peristiwa ini menuntut saya untuk merefleksikan nilai-nilai iman Kristen: kasih, pengampunan, dan pengharapan dalam Tuhan.

Momen Kepergian yang Menyayat Hati


Satu bulan sebelum peristiwa tragis itu, Jonathan masih penuh harapan dan impian. Ia bercita-cita menjadi seorang arsitek dan sempat mengutarakan rencana untuk pergi ke Surabaya, melihat kampus-kampus yang ia idamkan. Namun, rencana manusia bukanlah rencana Tuhan. Kehilangan Jonathan yang masih muda dan penuh impian serta kakak iparku yang selalu hadir sebagai sosok keluarga yang kuat dan penyayang, seketika membuat hati saya bimbang dan dipenuhi berbagai pertanyaan: Mengapa mereka harus pergi dengan cara seperti ini? Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi?

Lebih dalam lagi, pagi itu saya tengah berada di gereja, membuka pintu dan menyiapkan doa pagi. Telepon yang terus berdering saya abaikan karena saya percaya doa bersama umat adalah prioritas. Namun, usai doa, telepon itu kembali berdering membawa kabar yang meruntuhkan hati: Jonathan dan kakak iparku ditemukan bersimbah darah, tidak bernyawa lagi di rumah mereka. Lebih pilu, di saat yang bersamaan, keluarga di Jawa Tengah juga sedang berduka atas kepergian kakak dari ibu saya. Pagi itu adalah salah satu hari paling berat dalam hidup saya, ketika duka datang bertubi-tubi dari berbagai arah.

Pergumulan Iman: Mengampuni di Tengah Kepedihan


Sebagai seorang Kristen, saya dihadapkan pada tantangan terbesar dalam iman: bagaimana mengintegrasikan pengampunan dan kasih di tengah duka yang mendalam? Rasa marah, kecewa, dan kehilangan seolah menjadi gelombang yang datang silih berganti. Namun, ketika saya merenungkan firman Tuhan, saya teringat akan perkataan Yesus di kayu salib: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Di tengah penderitaan-Nya, Yesus mengajarkan pengampunan yang sejati.

Kematian yang tragis ini menjadi kesempatan bagi saya untuk memandang salib Kristus. Yesus sendiri menderita ketidakadilan, penganiayaan, dan kematian, namun Ia memilih untuk mengampuni. Firman Tuhan dalam Roma 12:21 berkata, "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan." Dalam pergumulan yang berat ini, Tuhan menolong saya, suaminya (kakak saya, seluruh keluarga besar  untuk tidak membiarkan kebencian merasuki hati. Saya menyadari bahwa mengampuni bukan berarti melupakan, tetapi menyerahkan keadilan ke tangan Tuhan yang Mahatahu dan Mahaadil.

Kasih dan Pengharapan dalam Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun