Mohon tunggu...
Triyatni Martosenjoyo
Triyatni Martosenjoyo Mohon Tunggu... -

dosen, arsitek, di Program Studi Arsitektur Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wisma Toilet

19 Januari 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya melangkah menyusuri selasar gedung. Di kiri kanan saya mendengarkan suara AC menderu-deru dari ruang-ruang sejuk koperasi pegawai dengan lampu yang terang benderang walau matahari masih bersinar. Entah berapa banyak biaya listrik yang harus dikeluarkan oleh universitas. Di sekitar taman, saya melihat tumpukan tanaman mahal yang setiap pohon harganya cukup untuk biaya hidup sebulan seorang mahasiswa. Di depan saya taman parkir yang teduh dipenuhi mobil mewah yang jumlahnya hanya tersaingi mobil pengunjung mall. Beberapa mobil itu milik orang kaya, rekan si penghuni Wisma Toilet yang membayar SPP ratusan juta. Kemana uang itu melangkah? Apakah si penghuni Wisma Toilet ikut mencicipi rasanya?

Masuk ke ruangan kerja, di meja ada tumpukan nasi dos jatah rapat hari ini. Saya menghitung jumlahnya dan mengali harganya. Saya bertanya dalam hati apakah ada bedanya kalau saya makan atau tidak makan nasi jatah ini? Tokh saya sudah cukup kenyang ketika berangkat dari rumah. Setiap bulan saya juga sudah menandatangani uang makan yang dananya masuk secara otomatis ke rekening saya. Saya membayangkan penghuni Wisma Toilet, membayangkan apa saja yang dimakannya setiap hari. Nasibnya tidak sebaik office boy perusahaan out sourcing yang hampir setiap hari berada diantrian paling depan, menikmati makanan mewah dari perusahaan catering yang melayani tamu-tamu universitas. Ingin sekali menghitung berapa rupiah uang universitas yang dibelanjakan untuk keperluan itu. Apakah didalam kemewahan itu tidak terselip hak penghuni Wisma Toilet?

dari catatan tanggal 11 Mei 2008

Kata kunci: Dulux Young Talent 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun