Oleh Bapak pemandu, saya diajak menyusuri Keraton sampai ke halaman belakang melewati ruang pribadi Sultan yang pintunya terbuat dari kayu berukiran sangat detail. Hingga tiba di sebuah halaman luas dengan berbagai pohon rindang dan ada danau kering di sana.Â
Ada juga pendopo besar tempat mengadakan berbagai pagelaran yang saat itu malah dipakai pengunjung untuk istirahat, tidur-tiduran bahkan memakan bekalnya.Â
Semakin menambah jumlah sampah yang berserakan. Mobil-mobil modern milik keluarga keraton yang sebelumnya dalam bayangan saya mereka masih naik kereta kencana kemana-mana, hahaha.Â
Mobil-mobil itu dibiarkan terparkir bukan di garasi khusus melainkan di bawah pohon-pohon besar dengan posisi asal. Dekat sumur, ada sebuah restoran dimana terdapat kereta kencana disana yang bisa dipakai keluarga Keraton untuk untuk kirab dan kegiatan lainnya.Â
Pak pemandu bilang, situasi covid membuat Keraton jadi tidak punya agenda apapun. Sayang sekali kunjungan saya jadi tidak bisa menikmati satu prosesi apapun.
Tak melewatkan kesempatan, saya terus bertanya apa yang terlintas dan membuat rasa penasaran. Dibantu oleh si Bapak, saya berfoto dibeberapa spot. Nampaknya beliau sudah terbiasa memotret pengunjung. Yang paling saya ingat dari paparan beliau, bahwa tak ada kota lain selain Cirebon yang punya 4 keraton sekaligus.Â
Keraton ini didirikan oleh Pangeren Cakrabuana yang tak lain merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran. Sebab terpecah menjadi empat keraton salah satunya karna faktor dua agama yang berbeda.
Di samping mading berjejer beberapa toko sovenir. Dari foto-foto yang tertempel di sana, saya bisa menyimpulkan kalau generasi yang sedang bertahta sekarang merupakan sultan ke-XV yang penobatannya sempat diricuhkan, masih berusia muda juga punya paras tak biasa.Â
Tampan! Kalau dipandang sekilas mirip Kang Emil, atau versi Koreanya mirip aktor Yoon Kye-Sang. Ngga percaya? Coba deh liat fotonya disalah satu artikel Drama Korea ini.
Keseluruhan bangunan bagian luar serta pendopo keraton didominasi oleh susunan bata merah dengan ukiran dan ornamen lain. Bangunan utama tempat keluarga berdiam keseluruhannya bercat putih dengan jendela dan pintu-pintunya berdaun lebar dan tebal berwarna hijau dihias ukiran timbul berwarna emas.Â