Mohon tunggu...
trisnawati natsir
trisnawati natsir Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

saya seorang guru dan mahasiswa, saya suka mengajar dan menyalurkan ilmu agar menjadi insan yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Behaviorisme Konsep Pembelajaran Stimulus-Respon (S-R) Aplikasi Behaviorisme dalam Pendidikan

11 Desember 2023   16:38 Diperbarui: 11 Desember 2023   23:58 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori Behaviorisme Konsep Pembelajaran Stimulus-Respon (S-R) Aplikasi Behaviorisme dalam Pendidikan.

Trisnawati

Pasca Sarjana IAIN Pare-Pare

Abstrak: Teori behaviorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang mengutamakan pengamatan dan pengukuran tingkah laku sebagai fokus utama. Dalam teori ini, lingkungan eksternal dianggap sebagai pendorong utama perilaku, dan proses mental internal diabaikan. Konsep dasar termasuk pembelajaran melalui asosiasi stimulus-respons, serta penggunaan penguatan dan hukuman untuk membentuk tingkah laku. Dengan kelebihan dan kelemahannya, teori behaviorisme tetap relevan sebagai pondasi dasar untuk pemahaman lebih lanjut tentang psikologi manusia dalam kegiatan pembelajaran.

Kata kunci: Teori behaviorisme, stimulus-respon.

Pendahuluan

        Sekolah merupakan wadah bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendidikan yang diterima di sekolah dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang lebih terarah dan terorganisir setelah mendapat bimbingan dari guru yang mendidik di sekolah. Sekolah tidak hanya mengembangkan prestasi akademik tetapi juga mengembangkan prestasi non-akademik.

        Pendidikan sekolah adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar dan mengajar secara formal. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan pola berpikir setiap siswa. Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib dijalani oleh setiap manusia, karena dengan pendidikan seseorang dapat membedakan hal yang baik dan buruk, dan dengan pendidikan seseorang juga mampu merumuskan tujuan hidupnya ke arah yang lebih baik.

Belajar yang dilakukan oleh masing-masing individu dapat dilakukan dengan berbagai gaya dan metode. Penggunaan gaya belajar diterapkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan maksimal. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam pendekatan pembelajaran. Dalam hal ini, teori behaviorime yang merupakan teori pada observasi dan pengukuran perilaku sebagai fokus utama sebagai suatu alternatif dalam memantau perkembangan peserta didik dalam pembelajaran.

Behavioristik berasal dari kata behavior yang berarti tingkah laku yang dilakukan baik oleh seseorang, entitas buatan, organisme, ataupun sistem yang berhubungan dengan diri atau lingkungan bersama sistem lain atau organisme di sekitarnya. Teori belajar behaviorisme merupakan salah satu aliran teori belajar yang menekankan pada tingkah laku (behavior) yang dapat diamati, sebagaimana pandangan aliran behavioristik pada hakikatnya belajar ialah pembentukan suatu asosiasi yang ditangkap oleh panca indra dengan kecenderungan bertindak antara stimulus dengan respons, sehingga teori ini juga kerap kali dinamakan teori stimulus-respons (S-R) sebab upaya yang dilakukan agar terbentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak mungkin.[1]

 

Perubahan yang terjadi akibat rangsangan (stimulus) sehingga memicu  perilaku reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus yang dimaksud ialah lingkungan belajar pada anak, baik secara internal ataupun ekternal yang menjadi penyebab belajar anak. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Jadi, belajar adalah penguatan dari serangkaian ikatan, asosiasi, sifat, dan kecenderungan stumulus dan respon.[2]

 

Behaviorisme adalah salah satu paham aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmani tanpa memandang aspek-aspek mental peserta didik.[3] Peristiwa belajar dianggap semata-mata hanya melatih refleks-refleks sedemikian rupa hingga terbentuk kebiasaan yang pada akhirnya dimiliki oleh peserta didik. Dalam konsep behaviorisme, perilaku manusia dianggap ssebagai hasil belajar dari proses belajar, sehingga dapat diubah dan dimodifikasi dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar. 

 

Seseorang telah dianggap belajar ketika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku pada dirinya setelah belajar. Seperti; seorang peserta didik belum dapat dikatakan berhasil belajar akidah akhlak jika ia belum mampu atau bahkan tidak mau melibatkan dirinya dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti; mengucapkan salam sesama muslim, baik dalam bertutur kata, sopan, berbakti kepada orang tua dll. Menurut teori ini yang terpenting adalah :  Masukan berupa stimulus dan keluaran yang berupa respon, adapun yang dimaksud dengan stimulus adalah hal apa saja yang disampaikan guru kepada peserta didik. Contoh; alat perkalian, alat peraga, alat perlombaan atau cara-cara tertentu untuk membantu aktivitas belajar peserta didik sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

 

Aliran ini bersifat elementaristik yakni memandang manusia sebagai organisme yang pasif, sehingga dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di sekitar lingkungan. Sehingga pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi tingkah lakunya dan dapat dikontrol dengan jalan melalui stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya[4]

 

        Teori belajar behavioris menurut J.B. Watson mengatakan ada dua prinsip dasar dalam belajar, yaitu prinsip frekuensi dan keterkinian. Teori Watson disebut juga teori pengkondisian klasik yang dipelopori oleh Pavlov, seorang psikolog-refleksolog dari Rusia. Pavlov memulai teori ini dengan melakukan percobaan pada seekor anjing. Berdasarkan hasil eksperimennya, Pavlov sampai pada kesimpulan bahwa gerak refleks dapat dipelajari dan dapat diubah akibat latihan. Kemudian gerak refleks tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu refleks alamiah (unconditioned reflex) dan refleksi terkondisi atau refleksi yang dipelajari (conditioned reflex).

 

Teori ini menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang menimbulkan reaksi (respons). Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia adalah hasil dari conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau Kebiasaan-kebiasaan yang berulang yang dialaminya di dalam kehidupannya.[5]

 

Kemudian Burrhus Frederic Skinner, mengadakan pendekatan behavioristik menjelaskan perilaku dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Manajemen kelas menurut Skinner merupakan suatu upaya untuk memodifikasi perilaku, yakni dengan proses penguatan dengan memberi reward pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.[6]

 

Peran Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran

 

Teori behaviorisme merupakan salah satu pendekatan psikologi yang fokus pada pengamatan perilaku yang dapat diamati secara langsung. Dalam konteks pembelajaran, teori behaviorisme berfokus pada stimulus eksternal dan respons yang dihasilkan oleh peserta didik. Peran utama teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran ialah:

 

  • Penerapan Penguatan dan Hukuman

Salah satu aspek utama dari teori behaviorisme adalah penggunaan penguatan dan hukuman dalam membentuk perilaku yang diinginkan.[7] Contohnya adalah menghilangkan tugas tambahan ketika peserta didik menyelesaikan tugas dengan baik. 

  • Pembentukan Asosiasi

Teori behaviorisme menekankan pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons.[8] Misalnya, dalam pembelajaran bahasa, peserta didik dihadapkan pada pengulangan kata-kata dan frasa-frasa tertentu untuk mengasosiasikan mereka dengan arti dan penggunaan yang tepat. timulus (kata-kata) dan respons (pengertian dan penggunaan yang tepat).

  •  Pendekatan Sistematis

Teori behaviorisme menekankan pendekatan sistematis dalam pembelajaran.[9] Materi pelajaran diorganisasi secara terstruktur dan disajikan dengan urutan yang jelas. Peserta didik melalui tahapan pembelajaran yang terurut sehingga dapat memperoleh pemahaman yang mendalam. Pendekatan ini memastikan bahwa peserta didik memahami konsep secara bertahap dan membangun pengetahuan yang kokoh. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, konsep-konsep dasar diperkenalkan sebelum memasuki tingkat yang lebih kompleks. 

  • Pembelajaran Melalui Model

Behavorisme juga melibatkan pembelajaran melalui observasi dan imitasi perilaku orang lain[10]. 

 

Kelebihan dan Kekuranggan Teori Behaviorisme

Teori behavioristik sangat berperan penting dalam dunia pendidikan baik kepada guru sebagai pemberi stimulus juga kepada peserta didik yang diharapkan memberi respon balik. Namun, disamping kelebihan dari teori behaviorisme, teori ini juga memiliki kekurang, sebagai berikut;                                      

Kelebihan Teori Behavioristik:

  • Mengurangi kebiasaan guru mengajar menggunakan metode ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
  • Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan sehinga mendapatkan pengakuan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat teguran berdasarkan pada perilaku negatif yang dilakukan.
  • Dapat mengubah  stimulus yang satu dengan stimulus yang lain hingga muncul respon yang diharapkan.
  • Teori behavioristik dapat diterapkan pada anak yang masih membutuhkan dominasi orang dewasadan pembiasaan dalam hal meniru, serta diberikan dukungan dalam bentuk penghargaan atau hadiah.

Sedangkan, Kekurangan dalam Teori Behaviorisme ialah;

  • Menyiapkan bahan ajar yang telah dikonsep bahan ajar  sebelum masuk pembelajaran.
  •  Tidak semua mata pelajaran dapat menerapkan metode ini.
  • Peserta didik  menjadi pendengar sedangkan guru menjadi speaker.
  • Peserta didik cenderung pasif, berfikir linier, tidak kreatif karena dipengaruhi oleh penguatan yang diberika oleh guru.
  • Pembelajaran yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada nilai atau hasil pengamata.sehingga komunisi pun hanya berlangsung satu arah.[11]

 

Kesimpulan:

Teori behaviorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang menekankan pengamatan dan pengukuran perilaku sebagai fokus utama. Teori ini memberikan wawasan tentang bagaimana lingkungan eksternal dan proses pembelajaran membentuk perilaku individu. Meskipun terdapat kekurangan, konsep-konsep dasar dalam teori ini tetap relevan dan memberikan dasar untuk pengembangan teori psikologi terutama aplikasi dalam pendidikan. Perkembangan selanjutnya seperti kognitif dan kognitif sosial telah melengkapi pandangan psikologi manusia dengan memasukkan aspek-aspek mental dan sosial pentingnya lingkungan dalam membentuk respons individu menjadi titik sentral, dengan penekanan pada konsep penguatan positif dan negatif, serta hukuman. Proses generalisasi dan diskriminasi memainkan peran dalam cara individu merespons stimulus yang mirip atau berbeda.

 

 

 

 DAFTAR PUSTAKA

 

Anam, Mohammad Syamsul, Wasis D Dwiyogo, Jurusan Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan, and Universitas Negeri Malang, 'Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran'

Elvia, Baby Shahbana, kautsar farizqi Fiqh, and Satria Rachmat, 'Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran', Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9.1 (2020), 24--33

 

Muh. Hizbul Muflihin, 'Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran', Khazanah Pendidikan, 1.2 (2009), 26--36

 

Sudarti, Dwi Okti, 'Kajian Teori Behavioristik Stimulus Dan Respon Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta didik', Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 16.2 (2019), 55--72

 

Suriya, and Brata, Psikologi Pendidikan, PT Bumi Aksara, 2002

 

Anam, Mohammad Syamsul, Wasis D Dwiyogo, Jurusan Pendidikan Olahraga, Progam Pascasarjan, and Universitas Negeri Malang, 'Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran'

 

Elvia, Baby Shahbana, kautsar farizqi Fiqh, and Satria Rachmat, 'Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran', Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9.1 (2020), 24--33

 

Muh. Hizbul Muflihin, 'Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran', Khazanah Pendidikan, 1.2 (2009), 26--36

 

Sudarti, Dwi Okti, 'Kajian Teori Behavioristik Stimulus Dan Respon Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta didik', Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 16.2 (2019), 55--72

 

Suriya, and Brata, Psikologi Pendidikan, PT Bumi Aksara, 2002.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun