Setan akhirnya tertipu. Dia ambil tebusan Kristus , dan ternyata, bukan Kristus yang dihancurkannya, melainkan Kristus yang meremukkan kepalanya. Â Setan tertipu karena kemanusiaan Kristus dibungkus oleh keilahian Kristus. kemanusiaan tk bisa dia telan karena ada keilahian Kristus. Setan tidak bisa apa-apa. Tawanan ya , manusia hilang, dan Kristus tidak bisa dia kuasai.
Menipu Setan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang dilakukan Tuhan, melainkan sebagai sesuatu yang diizinkan secara adil, Agustinus tidak setuju  bahwa Tuhan itu tidak adil atau tidak jujur. Menurut Agustinus, itu bukan penipuan, ketika keilahian Kristus tersembunyi dalam kemanusiaannya. Melainkan setan adalah korban dari kesombongannya sendiri, karena ia berpikir bahwa ia dapat mengalahkan dan menelan Kristus. Padahal pada kenyataannya ia tidak memiliki kuasa seperti itu. Karena Yesus tidak pernah berdosa, dan karena itu dia tidak dikuasai oleh kematian, Dia bangkit. Kristus tidak berada di bawah kendali Setan.
Satu-satunya teolog terkemuka pada periode itu yang tidak mengadopsi teori tebusan adalah Gregory dari Nazianzus dan Athanasius. Tokoh yang agak belakangan juga seperti John of Damascus c. 675 or 676, Â merasakan ketidaksesuaian gagasan bahwa Tuhan akan membuat kesepakatan seperti itu dengan Setan. . Dia merasa jijik dengan kepercayaan bahwa Tuhan akan menawarkan Kristus kepada musuh. Karena tidak memiliki teori lain untuk dijadikan sandaran, John setuju bahwa penebusan pada dasarnya adalah kemenangan Tuhan, tetapi dia berpendapat bahwa kekuatan yang telah menjerat umat manusia dan kemudian dijerat oleh Tuhan adalah kematian dan bukan iblis. Dengan mempersembahkan Anak-Nya, Allah menghancurkan kematian.
Darah Kristus tidak seharusnya dipersembahkan kepada si tiran, Iblis, tetapi kepada kematian. Ketika  kematian mendekat, dan menelan tubuh Kristus  sebagai umpan, namun umpan itu  ditancapkan pada kait keilahian Kristus , dan setelah mencicipi tubuh yang tidak berdosa itu , kematian dikalahkan oleh kebangkitan Kristus  sehingga Kristus akan  membangkitkan kembali semua orang yang telah lama ditelan oleh kematian tersebut.  Hal ini sama dengan kegelapan menghilang dengan masuknya terang, demikian pula kematian dikalahkan dengan kebangkitan Kristus dan memberikan kehidupan bagi semua
Teori ini banyak ditinggalkan dengan munculnya teori Anselm dan abelard. Tetapi di abad kedua puluh, Gustaf Auln mengembalikannya. Dia menyebutnya sebagai "pandangan klasik", mempertahankan bahwa, apapun bentuk teori yang diungkapkan, poin esensialnya adalah kemenangan Tuhan.
KeberatanÂ
Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa kita sebagai orang berdosa berutang apa pun kepada Setan, tetapi berulang kali mengatakan bahwa Allah menuntut pembayaran atas dosa-dosa kita. Pandangan ini juga gagal untuk menangani teks-teks yang berbicara tentang kematian Kristus sebagai pendamaian yang dipersembahkan kepada Allah Bapa untuk dosa-dosa kita, atau dengan fakta bahwa Allah Bapa mewakili Trinitas dalam menerima pembayaran dosa dari Kristus. Penebusan dilakukan kepada Allah Bapa dan bukan kepada Setan.
Johannis Trisfant