Semua tentu dilakukan sesuai dengan kemampuan sang dermawan. Pada hakikatnya bukan tentang isi dari bingkisan tersebut, karena yang lebih utama tentu adalah keikhlasan dan niat baiknya untuk semata mengharapkan pahala berkah dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi berbagi parsel semacam itu menjamur pada saat menjelang tiba Idul Fitri yang lalu. Hal ini pada satu sisi lain merupakan peluang kerja yang cukup menarik. Seperti misalnya yang dilakukan oleh Suciatin warga Kelurahan Bobosan di Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Bekerja sama dengan beberapa pengusaha, di antaranya pengrajin tas anyaman ia membuat parsel berisi beras, minyak goreng, gula, biskuit, teh, dll. dan ditempatkan di sebuah tas anyaman hasil kerajinan tangan.
Suciatin yang juga koordinator Paguyuban Pelaku Usaha Banyumas (PPUB) mengaku bahwa dirinya berhasil meraih omzet penjualan hingga sekitar Rp 30 juta pada Lebaran tahun ini. Ia berhasil memasarkan bingkisan lebaran yang harganya per paket sekitar Rp100 ribu sampai Rp150 ribu itu melalui media sosial dan hubungannya yang cukup luas.
Kesuksesan ini juga berkat dukungan dari komunitasnya yaitu Paguyuban Pelaku Usaha Banyumas (PPUB) dan komunitas Beli Beli Tangga Dhewek yang dikelola bersama dengan teman-temannya.
Tradisi berbagi harus dilestarikan
Dalam hal membagikan parsel atau bingkisan sembako untuk kaum dhuafa atau orang-orang yang membutuhkan bantuan, kerjasama menjadi kunci dari keberhasilan kegiatan berbagi agar bingkisan tersebut dapat tersalurkan secara tepat kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
Saat bingkisan diterima oleh orang yang tepat maka tentu kebahagiaan itu dapat memberikan kebahagiaan pula bagi para donatur, di samping pahala berkah dan rahmat dari Allah SWT yang tentu akan diterima oleh para pemberi.
Parsel atau bingkisan sembako menjadi salah satu cara menyentuh orang-orang di sekitar kita yang kurang beruntung atau yang terdampak oleh pandemi. Parsel juga dapat dijadikan sebagai cara untuk membantu saudara kita yang membutuhkannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, terlebih pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Ketika Lebaran telah berlalu, semangat dan keikhlasan untuk berbagi semestinya terus dijaga dan dipelihara agar selalu hidup di tengah masyarakat kita.