Istilah ater-ater yang yang ada pada tradisi tersebut adalah kata benda yang merujuk pada sesuatu (dalam hal ini yaitu berupa makanan) yang dipersembahkan atau diberikan. Dari kata ater itu kemudian muncul kata anter atau antar dan hantaran. Sementara dalam bahasa Jawa menurut hemat penulis selanjutnya dikenal istilah ngaturi yang artinya memberi atau mempersembahkan.
Dalam nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat kita sejak dulu, kebiasaan membagikan makanan kepada orang lain sering dilakukan dalam rangka sebuah hajat atau kepentingan, yang mengharapkan dukungan berupa bantuan moral atau doa, sekaligus sebagai cara untuk mengungkapkan rasa syukur tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan demikian tradisi berbagi itu pada awalnya diwujudkan dalam bentuk berbagi makanan yang sudah masak dan siap saji untuk diberikan kepada sanak saudara, kerabat, dan tamu undangan pada sebuah acara tertentu. Mereka juga bisa membawa pulang makanan yang tersedia.
Di sini kita bisa memahami ada banyak sekali alasan untuk berbagi. Misalnya, membagikan makanan pada saat panen raya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada semua pihak yang telah membantu, dan sekaligus permintaan doa kepada hadirin agar panen yang selanjutnya dapat terlaksana dengan baik.
Contoh lain kebiasaan berbagi dapat ditemui di kehidupan tradisi masyarakat Jawa yaitu pada saat seorang ibu memasuki usia kehamilan bulan ketujuh, yaitu mengundang keluarga dekat, kerabat dan tetangga untuk datang dan dengan permohonan agar hadirin mau mendoakan agar kehamilannya berjalan lancar dan memberikan keselamatan kepada sang ibu dan bayinya.
Atau pada saat seorang anak memasuki usia 1 tahun, dengan harapan agar hadirin mau mendoakan sang anak agar kelak menjadi orang yang baik, berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Atau bahkan juga pada saat mengenang meninggalnya anggota keluarga. Misalnya pada hari ke-40, pada hari ke-100, pada hari ke-1000, dsb. Tujuannya tidak lain adalah agar si penerima mau memanjatkan doa seperti yang diharapkan oleh keluarga pemberi.
Jadi ada banyak kesempatan, sering pula kebiasaan berbagi itu diawali dengan berdoa kemudian makan bersama, untuk kemudian para hadirin dipersilakan membawa pulang makanan yang tersedia.
Kebiasaan berbagi makanan ini sangat jamak ditemui juga di berbagai pelosok daerah di Indonesia dengan berbagi bentuk, istilah dan alasannya masing-masing.
Di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, ada tradisi yang dilakukan oleh warga pada saat yang disebut nyadran. Mereka berkumpul di suatu tempat dengan membawa makanan untuk disantap seusai dilakukan doa bersama. Setiap yang hadir, kemudian dipersilakan mengambil makanan yang tersedia. Warga masyarakat setempat percaya jika makanan yang mereka bawa dan disajikan itu habis disantap oleh warga, maka rezekinya pun akan lancar menghampiri.
Selain itu di Aceh, misalnya, ada tradisi yang disebut dengan meugang. Tradisi ini diketahui ada pada masa kepemimpinan Sultan Alaiddin Iskandar Muda Meukuta Alam.