Beberapa tangkai padi pilihan yang adalah benih unggul tersebut dipersatukan dalam sebuah ikatan atau kepangan cantik yang kemudian disebutnya sebagai Pengantin Padi, sebagai bibit unggul untuk masa tanam yang akan datang, dan menjaga keberlangsungan hidup para petani.
Mereka menyadari bahwa semua yang mereka miliki berupa hamparan padi yang menguning itu adalah tidak lepas dari campur tangan suatu kekuatan yang tidak ada tandingannya yaitu Tuhan Yang Maha kuasa.Â
Mereka hanya bisa berharap dan memohon kepada-Nya untuk melindungi mereka dari bencana besar berupa gagal panen, hama, tikus, harga anjlok atau apapun mala petaka dalam berbagai bentuk yang bisa membuat mereka tidak bisa menikmati hasil pertaniannya.
Miwiti atau mimiti dengan demikian menjadi istilah untuk sebuah kegiatan yang dilakukan oleh para petani di Kabupaten Banyumas dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum mengawali kegiatan bercocok tanam padi, yang dilakukan sebelum panen padi dengan menyisihkan lebih dulu beberapa bulir padi sebagai benih untuk masa tanam berikutnya.
Thomas Stamford Raffles dalam buku The History of Java (1817) mengatakan bahwa Pulau Jawa sejak masa lalu disebut juga dengan Jawadwipa yang berarti pulau yang makmur oleh padi. Hal ini disebut juga dalam sejumlah kisah klasik India seperti Ramayana
Sementara Denys Lombard seorang sejarawan Prancis yang terkenal berkat bukunya yang berjudul Le Carrefour Javanais, Essai d'histoire globale (1990) mengungkapkan bahwa sebuah berita China dari masa Dinasti Yuan juga telah mencatat keberadaan Jawa dengan sebutan sebagai "Zhao-Wa".
Jawa identik dengan kekayaan padinya
Para petani di Jawa pada khususnya telah menjadikan sawah sebagai tempat dimana mereka bekerja, bersosialisasi, hingga menjalankan ibadah mereka sesuai kepercayaan dan keyakinannya.
Banyak tradisi Jawa yang dilakukan oleh para petani di sawah yang merupakan habitat bagi kehidupan petani, juga dalam melakukan aktivitas sosial dan budaya mereka. Di sawah, para petani tidak saja bekerja mencangkul, membajak, menanam padi dsb. tapi juga mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan ungkapan rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tradisi miwiti adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat petani negeri kita sebagai negeri yang sejak dulu telah memiliki tradisi bercocok tanam, yang menggantungkan hidup untuk diri dan keluarganya dari hasil bumi.
Ritual ini dilakukan sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur atas karunia berupa tanah yang subur, yang menghasilkan aneka hasil bumi, yang kemudian disebutnya sebagai biyung bumi (ibu pertiwi).
Kegiatan miwiti disiapkan sebelumnya dengan menyediakan berbagai kebutuhan untuk acara tersebut. Antara lain membuat memedi sawah (hantu sawah, orang-orangan untuk menakut-nakuti burung pemakan padi), memasak nasi dan membuat jajanan untuk dimakan bersama pada acara miwiti yang menjadi ajang pertemuan para saudara tani.