Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Tradisi Miwiti, Awal Masa Tanam Padi di Jawa

29 Maret 2021   08:32 Diperbarui: 31 Maret 2021   15:00 2256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis (kanan) dan Kang Titut petani warga Desa Pangebatan, Kec. Karanglewas, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.| Dokpri

Sehingga sebagai manusia biasa ada terselip rasa takut pada musibah gagal panen, harga anjlok, serangan hama, tikus, gangguan burung, dan binatang lainnya membuat mereka merasa harus berlindung pada kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Mereka pasrah pada kekuatan Sang Pencipta yang menguasai alam semesta ini, dengan memanjatkan puji syukur atas semua karunia berupa alam yang subur dengan cara menjaga dan mencintai sawah seperti kepada saudara mereka sendiri.

Mereka juga menyadari bahwa sebagai makhluk hidup mereka harus bisa menjalin hubungan di antara sesama manusia tanpa memandang perbedaan suku bangsa, agama, ras atau golongan. 

Di samping itu mereka juga wajib menjaga hubungan dengan sesama makhluk hidup yang lain, termasuk tumbuhan, sehingga terwujud keselarasan hubungan di alam semesta. 

Tumbuhan padi di sawah adalah juga mahluk hidup maka harus diperlakukan dan diperhatikan dengan baik, apalagi mereka selama ini telah menggunakan banyak waktunya untuk menggarap sawah dan memetik hasilnya.

Di sini para petani menunjukkan kekuatannya, optimisme dan semangatnya yang tak pernah padam untuk melanjutkan tradisi tanam padi, yang telah dilakukan secara turun temurun bahkan sejak sebelum Islam masuk ke Nusantara.

"Bapak Tani, Biyung Tani. Perkenankan saya mengambil beberapa tangkai padimu yang terbaik," ucap Mbok Narsiwen (72) sesaat sebelum memetik beberapa benih padi di sawah.

"Karena ini bagus, perkenankan saya untuk mengambil dan membawanya pulang. Akan saya simpan di rumah dengan hati-hati, sebagai benih unggul yang akan ditanam untuk masa yang akan datang", lanjut Mbok Narsiwen, sambil memandangi bulir-bulir padi harapannya.

Dengan hati-hati tangan kanannya lalu memilih beberapa tangkai padi sawah yang terbaik, dan mengumpulkan dalam satu genggaman jari tangan kirinya erat-erat.

Setelah dirasa cukup banyak, ia kemudian menyatukan beberapa tangkai padi itu dalam sebuah ikatan atau kepangan.

Mbok Narsiwen mengerti bahwa sawah dan padi adalah harapannya. Di sini ia menghabiskan banyak masa hidupnya untuk menggarap sawah bersama suami, keluarga dan sanak saudara lainnya. Ia mencintai sawah berikut padi dan memperlakukannya dengan sebaik mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun