Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begalan, Warisan Budaya dari Banyumas

30 Oktober 2020   21:01 Diperbarui: 2 Juni 2021   14:26 2732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua seniman menampilkan Begalan pada sebuah pesta pernikahan di Purwokerto, Jawa Tengah. | Dokpri.

Prosesi pernikahan di mana pun sesungguhnya adalah sebuah momen sakral, ketika dua hati dan dua keluarga besar dipertemukan dalam sebuah janji suci untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Peristiwa tersebut diharapkan hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup kedua mempelai, yang mempersatukan keduanya hingga kelak menjadi kakek dan nenek bagi keturunannya.

Baca juga: Kasepuhan Ciptagelar: Warisan Budaya Leluhur dan Semesta

Kebahagiaan yang meluap karena dipertemukan dengan pasangan yang sangat dicintai, acap kali membuat mempelai dan keluarga tak kuasa menitikkan air matanya.

Terlebih mengingat perjalanan hidup yang terasa tiba-tiba menjadi terlalu singkat. Kedua mempelai mungkin saja terlihat seakan belum lama masih anak-anak di mata sanak keluarga, kini ternyata telah menjadi laki-laki dan perempuan dewasa yang siap mengarungi bahtera rumah tangga.

Kedua mempelai tampak bahagia, demikian pun orang tua dan keluarga mereka berdua. Ketika untuk pertama kali kedua mempelai duduk bersanding di kursi pengantin, seakan jarum jam pun terhenti untuk sesaat.

Perasaan bahagia tentu memenuhi hati keduanya, menyebarkan rasa damai untuk seluruh keluarga, kerabat dan tamu undangan yang menyaksikannya.

Ada bermacam-macam cara dilakukan oleh orang untuk merayakan satu hari yang istimewa bagi terbentuknya ikatan dan janji suci keduanya. Ungkapan kebahagiaan disertai rasa syukur itu sering kali diluapkan dalam bentuk pertunjukan sesuai dengan adat istiadat, seni budaya, dan kearifan lokal yang dimiliki.

Itulah sebabnya prosesi pernikahan di berbagai tempat di dunia itu bisa beraneka rupa, unik, dan selalu sarat makna. Di Indonesia saja, kita mengenal aneka banyak jenis perayaan pernikahan di masing-masing daerah.

Salah satu yang mungkin kamu perlu ketahui adalah tradisi Begalan.


Begalan adalah suatu bagian dari prosesi pernikahan yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat di daerah eks-Karesidenan Banyumas, yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, hingga sisi barat Kabupaten Kebumen.

Begalan ini adalah salah satu dari lima bentuk kesenian dari Banyumas yang telah ditetapkan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI sebagai warisan budaya tak benda. Adapun kelima bentuk kesenian yang telah ditetapkan itu selengkapnya adalah calung, getuk goreng, lengger, gubrag lesung, dan begalan.

Baca juga: Keris Senjata Tradisional yang Melegenda, dari Sumpah Palapa sampai Diakui sebagai Master Piece Warisan Budaya Dunia

Arti Kata Begalan

Begalan dalam bahasa Jawa terbentuk dari kata begal yang secara harfiah berarti perampok, pemalak, orang yang menghentikan perjalanan dan meminta secara paksa barang-barang bawaan. Begalan dengan demikian adalah perbuatan yang melanggar hukum.

Kearifan lokal masyarakat di daerah eks-Karesidenan Banyumas (Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara) telah memperkaya makna dari kata ini.

Jadi bila ada orang mengabarkan tentang suatu kejadian begalan, masyarakat daerah tersebut akan tidak langsung menerima mentah-mentah informasi tersebut. Ini benar-benar tidak seperti kelakuan beberapa netizen yang gemar membagikan kembali informasi tanpa lebih dulu melakukan konfirmasi dan verifikasi.

Memberi Nasihat Pernikahan

Begalan adalah salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat di eks-Karesidenan Banyumas dalam memberikan petuah dan nasihat kehidupan berumah tangga kepada pasangan yang baru menikah agar menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera, yang dikemas secara ringan, tidak berkesan menggurui, dan diharapkan mudah diingat.

Begalan dilakukan secara atraktif oleh dua orang seniman yang berperan sebagai Rekaguna si penjaga acara pernikahan, dan seorang lainnya sebagai Gunareka yang hendak masuk tempat pelaksanaan resepsi pernikahan dengan membawa pikulan beserta seperangkat alat dapur.

Rekaguna dengan garang mencegat dan menanyakan maksud kedatangan Gunareka. Ia juga meminta penjelasan maksud dari pikulan dan setiap peralatan dapur yang dibawa oleh Gunareka.

Nah, untuk menambah seru pertunjukan, pada beberapa kesempatan, kadangkala pertunjukan ini lebih dulu diawali dengan adegan pencak silat yang dilakukan secara kocak oleh keduanya. Ini memang sebenarnya sebuah pentas seni peran tradisional berjenis komedi.

Setelah perhatian hadirin semua terpusat kepada mereka, dialog pemain secara halus akan memasuki inti dari tugas mereka yaitu memberikan nasihat-nasihat kehidupan berumah tangga kepada kedua mempelai, dengan menggunakan alat peraga peralatan dapur yang dibawa.

Sambil mengacungkan penggilas bumbu yang oleh warga setempat disebut mutu (ulekan sambal), Gunareka menjelaskan bahwa peralatan tersebut sebagai pengingat untuk kepala keluarga agar jadi orang yang bermutu, bertanggung jawab dalam memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya.

Gunareka juga menjelaskan makna dari peralatan dapur lainnya yang dibawa. Sebuah sendok besar berbentuk cekung terbuat dari tempurung kelapa yang oleh warga setempat disebut irus, diberinya makna iman yang lurus. 

Sambil mengacungkan irus, Gunareka menjelaskan bahwa hendaknya kita selalu memiliki iman yang lurus. Mempelai pria hendaknya dapat menjadi kepala keluarga yang baik, dapat berperan sebagai pemimpin agama dalam kehidupan berumahtangga.

Nah, peralatan dapur yang dibawa Gunareka itu ternyata memiliki maknanya masing-masing sehingga nasihat-nasihat pernikahan pun dengan lancar dapat disampaikan, dan diharapkan tidak ada yang terlewatkan.

Melalui berbagai perlengkapan dapur itu yang mudah dijumpai itu pula maka diharapkan kedua mempelai dapat selalu ingat dengan nasihat-nasihat pernikahan tersebut.

Begalan dengan demikian adalah suatu pertunjukan seni peran yang memiliki gaya penyampaian ringan, kocak, namun mengandung banyak pesan moral untuk bekal kedua mempelai dalam memasuki kehidupan baru dalam rangka membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera (sakinah mawadah warahmah).

Setelah Gunareka menyampaikan maksud kedatangan dan menjelaskan barang bawaan, akhirnya Rekaguna mengizinkan Gunareka memasuki ruang resepsi.

Pada akhir acara, sebagai puncak dari pertunjukan yang atraktif itu, semua pelengkapan dapur kemudian dijadikan sebagai rebutan oleh para penonton.

Berikut ini adalah penampilan Begalan pada pesta pernikahan Tefa Nila Hirani puteri Bp. Adi Waluyo dengan Rifqi Fakhrudin putera Bp. Sukirlan Rejo yang diadakan di Purwokerto, Kab. Banyumas, beberapa waktu lalu (22/10).


Dan berikut ini adalah video dokumen yang saya buat ketika menyaksikan Begalan pada sebuah pesta pernikahan di Desa Bojong Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap.

Baca juga: Warisan Budaya Dunia: Antara Borobudur dan Badaling, Batu Bertutur


Asal Mula Begalan

Dari literatur budaya Banyumas, disebutkan bahwa tradisi begalan muncul dari sebuah peristiwa pada masa pemerintahan Bupati Banyumas R. Adipati Tjakranegara (masa pemerintahan tahun 1832-1864). 

Sekitar seminggu setelah pernikahan putera sulung R. Adipati Tjakranegara yang bernama Pangeran Tirtakencana dengan Dewi Sukesi puteri bungsu dari R. Adipati Wirasaba.

Disebutkan bahwa Pangeran Tirtakencana hendak memboyong Dewi Sukesi menemui orang tuanya di Banyumas yang berjarak sekitar 20 km jauhnya dari Wirasaba.

Setelah menyeberangi Sungai Serayu dengan menggunakan perahu, pengantin yang diikuti rombongan sesepuh dan beberapa pengawal itu di tengah perjalanan tiba-tiba dihadang oleh begal yang mau merampas semua barang bawaan rombongan tersebut. Percekcokan pun terjadi, hingga tak terelakkan lagi terjadi perkelahian sengit melawan begal tersebut.

Setelah beberapa jurus, begal itu akhirnya kalah. Begal itu pun langsung kabur melarikan diri ke dalam hutan.

Semua bernapas lega, perjalanan pun kemudian dilanjutkan kembali. Disebutkan bahwa rombongan kemudian melalui Desa Sokawera dan Desa Kedunguter.

Akhirnya rombongan pun tiba dengan selamat di tujuan. Acara syukuran pernikahan kemudian digelar di Banyumas. Tapi kejadian begalan di perjalanan itu menjadi pelajaran yang tidak dapat dilupakan oleh keluarga, kerabat sanak saudara dan warga masyarakat Banyumas pada umumnya.

Untuk menghindari kejadian serupa terjadi, para sesepuh berpesan agar mempelai tidak boleh ceroboh, hendaknya selalu mendengar pesan-pesan orang yang lebih tua, dengan harapan semoga kedua mempelai dapat selalu terhindar dari aneka marabahaya. 

Dari pengalaman itu terbitlah hikmah pelajaran, dan kreativitas yang kemudian melahirkan seni Begalan.

Demikian asal mula tradisi Begalan di Banyumas. Mohon maaf, bila ditemukan kekeliruan dari hasil penelusuran saya mengenai asal muka Begalan. 

Bila diantara pembaca ada yang menemukan data lebih valid dan mutakhir tentang asal mula tradisi ini, silakan tulis hasil penemuan tersebut di komentar atau dalam bentuk tulisan lain sebagai bagian dari upaya mencerdaskan bangsa.  

Fungsi Kesenian Begalan Kini

Kesenian Begalan adalah kesenian asli Banyumas yang bukan hanya menghibur. Pertunjukan seni budaya ini sekaligus menunjukkan nilai-nilai luhur dari kearifan lokal yang tetap aktual dan sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat terkini.

Tradisi dalam rangkaian resepsi pernikahan ini pada awalnya dilakukan hanya bila yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan untuk anak pertama perempuan.

Begalan sebagai suatu bentuk seni budaya pada hakikatnya lahir dari daya kreativitas para seniman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sebagai salah satu bentuk menjaga nilai-nilai luhur masyarakat, yang dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Dalam perkembangannya mengalami proses dinamis yang kemudian membentuk jatidiri budaya daerah.

Bukan hanya pada acara pernikahan, Begalan kini juga ternyata dapat digelar untuk memeriahkan kegiatan seminar, seperti yang dilakukan oleh dua orang seniman dari Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) Kabupaten Banyumas berikut ini.

Jadi tidak tertutup kemungkinannya Begalan diadakan pada acara-acara resmi lainnya.

Materi dialog dalam Begalan kurang lebih sama. Yang pasti semua dialog berjalan secara kocak dan banyak menimbulkan gelak tawa para hadirin.

Baca juga: Hari Ulos Nasional: Ulos Sebagai Warisan Budaya dengan Nilai Filosofis yang Luhur

Penutup

Negeri kita ini memiliki kekayaan seni budaya yang luar biasa. Ada banyak upacara adat yang sebenarnya bila dikaji merupakan suatu bentuk kearifan lokal para leluhur untuk menghidupkan dan menggerakkan kegiatan ekonomi warga setempat. 

Apalagi bila dikelola secara baik akan dapat secara langsung dan tidak langsung menciptakan dampak berganda (multiplier effect) bagi sektor ekonomi masyarakat yang lebih luas, mengundang wisatawan asing, dst. Kita bisa menyaksikan, ada banyak pihak yang kemudian kecipratan rezeki pada setiap kegiatan seni budaya itu.

Begalan tidak selalu berarti sebagai perampokan. Begalan ternyata adalah juga salah satu bentuk seni budaya yang atraktif. Prosesi adat ini hendaknya dipahami sebagai sebuah kegiatan atraksi budaya yang tidak saja merupakan kearifan lokal masyarakat dalam menyampaikan nasihat-nasihat kehidupan berumah tangga, tapi juga menjadi suatu bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi Begalan sudah mengalami proses menjadi aset budaya yang dapat juga diselenggarakan untuk memeriahkan berbagai kegiatan lain, seperti misalnya pada acara pembukaan seminar, menyambut tamu wisata, dll.

Menjaga kelestarian budaya adalah hak dan juga menjadi kewajiban bagi kita semua.

Salam budaya.

***


Baca juga tulisan saya yang lain di Kompasiana: Resepsi Pernikahan pada Masa Pandemi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun