Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (118): Ranting Kering

23 Desember 2024   03:34 Diperbarui: 23 Desember 2024   03:34 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Jangan kamu sebut tongkat jelek. Tongkat ini sangat penting bagiku!"

"Berarti aku tidak penting bagimu!" Kencana menunjukan muka cemberut.

"Bukan begitu. Tapi tongkat ini yang selama ini melindungiku dari ancaman bahaya, dan membuatku memeiliki kesaktian!"

"Ha..? Tongkat jelek itu? Kok bisa?" tanya Kencana pura-pura takjub. Ia meletakan sisir, duduk menghadap suaminya dan memohon, "Tolong ceritakan bagaimana kamu bisa mendapatkan tongkat itu? Ayolah!"

"Sekali lagi jangan sebut jelek ya!" Selama ini Klebat enggan bicara soal tongkat pusaka itu dengan siapa pun, bahkan dengan kakeknya sekalipun. "Ini rahasia!"

"Ya.., masak sebagai istri aku gak boleh tahu!"

"Kenapa kamu ingin tahu?"

 "Ya sudah kalau gak mau!" Kencana berpaling dan melanjutkan menyisir rambutnya.

Klebat menyerah. Maka ia mulai menceritakan bagaimana awal mula memperoleh tongkat pusaka itu hingga dirinya mendapatkan kesaktian.

"Aku boleh pegang tongkat pusaka itu? Cuma pingin nyentuh saja! Penasaran!"

"Ini! Tapi kamu tidak akan kuat jika tidak membaca mantra terlebih dahulu!" Klebat mengeluarkan tongkat bambunya dari balik baju, mengajarkan mantra, dan baru memberikannya kepada istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun