"Jangan kamu sebut tongkat jelek. Tongkat ini sangat penting bagiku!"
"Berarti aku tidak penting bagimu!" Kencana menunjukan muka cemberut.
"Bukan begitu. Tapi tongkat ini yang selama ini melindungiku dari ancaman bahaya, dan membuatku memeiliki kesaktian!"
"Ha..? Tongkat jelek itu? Kok bisa?" tanya Kencana pura-pura takjub. Ia meletakan sisir, duduk menghadap suaminya dan memohon, "Tolong ceritakan bagaimana kamu bisa mendapatkan tongkat itu? Ayolah!"
"Sekali lagi jangan sebut jelek ya!" Selama ini Klebat enggan bicara soal tongkat pusaka itu dengan siapa pun, bahkan dengan kakeknya sekalipun. "Ini rahasia!"
"Ya.., masak sebagai istri aku gak boleh tahu!"
"Kenapa kamu ingin tahu?"
 "Ya sudah kalau gak mau!" Kencana berpaling dan melanjutkan menyisir rambutnya.
Klebat menyerah. Maka ia mulai menceritakan bagaimana awal mula memperoleh tongkat pusaka itu hingga dirinya mendapatkan kesaktian.
"Aku boleh pegang tongkat pusaka itu? Cuma pingin nyentuh saja! Penasaran!"
"Ini! Tapi kamu tidak akan kuat jika tidak membaca mantra terlebih dahulu!" Klebat mengeluarkan tongkat bambunya dari balik baju, mengajarkan mantra, dan baru memberikannya kepada istrinya.