Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (117): Buronan Seharga Sekilogram Emas

18 Desember 2024   04:40 Diperbarui: 18 Desember 2024   11:49 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telinganya yang peka mendengar suara langka kaki ringan di luar kamar. Daun pintu dicongkel pelan dari luar. Tiba-tiba muncul dua orang berbaju hitam yang bagian kepala diikat tali merah, dengan cepat masuk dan berdiri di dekat lampu minyak, Ki Renggo yang menanti di sudut gelap dapat melihat jelas tamu tak diundang itu. Moko dan Giman.

Karena maklum bahwa mereka adalah murid Intijiwo, Ki Renggo lalu menerjang ke depan dengan sangat gesit. Segera terjadi pertempuran seru ketika dua orang tingkat tujuh itu mengeroyok seseorang yang baru tingkat satu. Ki Renggo bertangan kosong sedangkan kedua orang lawannya memegang golok.

"Pengkhianat keparat!" bentak Giman dan pandangan matanya tidak salah lagi mengungkapkan kemuakan. dia lalu menerjang dengan jurus paling ampuh dari Lembah Gunung Pegat, yaitu jurus Topan Menerjang Awan. Jurus itu dilakukan dengan sambaran mengarah pada kaki lawan, akan tetapi itu merupakan tipuan belaka karena jurus itu secara berputar disusul dengan sabetan cepat ke arah leher. Dapat dibayangkan betapa berbahayanya.

Akan tetapi, alangkah kaget Giman melihat Ki Renggo sepertinya tidak terpancing gerakan tipuan itu, namun ketika pedang menyabet leher, Ki Renggo sudah meloncat tinggi di atas kepala sehingga jurus itu pun tidak ada gunanya sama sekali.

Selagi meloncat, tidak hanya untuk memusnahkan jurus lawan, melainkan segera disusul dengan tendangan di kepala, sehingga sekarang Giman tersungkur menabrak dinding kayu, mengguncangkan rumah dan segala isinya.

Terdengar kepala dusun dan istrinya di luar kamar bertanya dengan suara ketakutan, "Apa yang terjadi, Ki Renggo?"

"Ada maling, Ki!" jawab Ki Renggo, "Kalian sembunyi saja di kamar!" Setelah menendang, ia lantas membuat gerakan ringan menginjakan kaki di atas meja, tetapi Moko menyambut dengan golok membabat kaki. Ki Renggo berkelit.

Belum sempat meloncat bangun, Giman membentak marah sambil mencari goloknya yang terlepas. "Pengkhianat keparat!" Setelah bangun dia pun kembali menerjang dengan murka, dari arah bawah membacok ke arah pinggang.

Ki Renggo meminjam tenaga lawan dan meski pun yang diinjaknya sebilah golok, ia melakukan gerakan jungkir balik dan tahu-tahu sudah meluncur keluar kamar menerobos jendela.

"Kau tidak akan bisa kabur pengkhianat bangsat!" bentak Moko beringas dan segera mengejar melalui jendela dan diikuti Giman.

Begitu berada di luar, tampak dua cahaya baja menyambar membuat gerakan menggunting, menyerang dari kanan kiri. Akan tetapi, Ki Renggo dengan ringan meloncat ke belakang dan serangan ganda itu pun mengenai tempat kosong. Sebelum murid Intijiwo sempat menyerang lagi, Ki Renggo secepat kilat mendaratkan tendangan ke arah kepala dan membuat Giman jatuh dengan kepala lebih dulu membentur tanah. Sangat keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun