Oleh: Tri Handoyo
Sudah lewat tengah malam. Tanda-tanda bahwa kiriman santet itu telah berhasil mengenai sasaran belum tampak. Kencana dan Prana semakin tegang menyaksikan Mbah Kukuk Beluk telah basah kuyup oleh keringat. Padahal udara malam itu cukup dingin. Sementara Nyi Lembok sudah berkali-kali menambahkan kemenyan di atas tungku.
"Bagaimana, Ki?" bisik Kencana sambil mendekati Nyi Lembok. Jelas sekali ia mulai tidak sabar karena menangkap ada sesuatu yang tidak beres.
"Rupanya sedang terjadi perang!" balas Nyi Lembok berbisik.
"Perang?"
"Iya. Perang gaib!"
"Terus? Masih lamakah?"
"Anda tenang saja! Di kolong langit ini belum ada dukun santet yang mampu menandingi guru saya ini!" Nyi Lembok lantas menceritakan sejarah Mbah Beluk. Itu dimaksudkan agar Kencana semakin yakin akan ketinggian ilmu hitam yang dikuasai gurunya itu.
Proses yang dilalui oleh seseorang untuk menjadi dukun yang bisa bersatu dengan Siluman Kukuk Beluk Laut itu sangat panjang. Konon kabarnya si pelaku harus memakan daging dan minum darah binatang khusus. Hanya itu yang ia konsumsi dalam kurun waktu tertentu hingga tubuhnya perlahan-lahan bisa berubah dan bersatu menjadi siluman.
Waktu mudah Mbah Beluk adalah seorang istri yang selalu mendapat siksaan dari suaminya. Ia disalahkan karena tidak bisa melahirkan anak. Ia juga dituding gila, sehingga dikurung dalam sebuah bilik dan sama sekali tidak diberi makanan apapun. Lilitan rasa lapar yang hebat membuat ia makan binatang-binatang yang kebetulan masuk ke dalam biliknya. Sampai akhirnya terbiasa.