"Menjadi istri cucu tunggal Kanjeng Wotwesi!"
Tanpa perlu waktu lama untuk berpikir, Kencanawati menyatakan diri siap. Semua saudaranya terpana. Putri bungsu yang selama ini terkenal manja dan sekaligus pemberontak itu mau menjadi istri orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Sang Legenda tersenyum bahagia. Selaku tokoh yang sudah malang melintang di dunia bisnis, ia merasa telah berhasil mengamankan bisnisnya hingga sampai ke puncak tertinggi, melalui perjodohan putri kesayangannya dengan cucu Sang Legenda lain.
Semua itu tidak terlepas dari skenario Kanjeng Wotwesi dan orang-orangnya. Mereka sudah cukup lama mengincar Abah Kastari dan bisnisnya. Bisnis perkapalan merupakan bisnis yang sangat strategis di Nusantara, yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan dengan sepuluh ribu lebih pulau.
"Abah jangan terlalu risau!" Kanjeng Wotwesi berkata dengan nada ceria, "Abah konsentrasi saja pada kesembuhan anda sambil terima uang yang sudah jadi bagian anda! Gampang sekali bukan?"
Kepada Kanjeng yang terhormat dan tampak arif bijaksana itu, yang memiliki perkumpulan terbesar di Jawa, dan dijuluki pendekar dan pengusaha terkaya di Nusantara, Abah Kastari dengan senang hati menjalin kerja sama, dan menyerahkan putrinya.
Kanjeng Wotwesi lantas mengangkat gelas ke atas dan berkata dengan semangat, "Abah Kastari, mari minum untuk persahabatan kita yang kekal selamanya!"
Pernikahan tanpa cinta antara Kebo Klebat dan Kencanawati binti Kastari berlangsung dengan sangat meriah. Pesta besar-besaran laksana putra-putri kerajaan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.
Di masa itu, perjodohan adalah hal yang lumrah, meskipun banyak orang yang menduga bahwa perjodohan itu sesungguhnya adalah demi kepentingan bisnis kedua orang tua mereka.
Kebo Klebat melihat bahwa istrinya itu sangat cantik dan biar pun mukanya agak pucat, akan tetapi muka itu sungguh mempunyai daya tarik yang kuat. Tubuhnya langsing dan memiliki rambut hitam panjang yang terurai lepas sampai ke pinggul.
Klebat menyukai istrinya, namun nama Alya yang terpatri di dalam hatinya belum tergantikan. Meskipun sudah memiliki istri, kadang kala ia masih suka pergi ke warung di Jombang, untuk sekedar bisa mengamati gadis pujaan hatinya.