"Kau percaya betul dengan kekuatan iblismu, dan mengira tak ada tandingannya di dunia ini?" Ki Songkok mencoba menggugah hati nurani musuhnya. Barangkali masih punya sisa belas kasih.
"Ha..ha..ha..!"
"Kau benar-benar iblis!"
"Ya kamu benar, aku memang iblis!"
Mereka saling berpandangan lagi, mungkin untuk terakhir kali, lalu dengan perasaan putus asa berteriak keras dan menyerang secara bersamaan. Teriakan itu mereka maksudkan untuk meminta bantuan teman-teman mereka. Akan tetapi pada saat itu, teman-teman mereka pun sedang terdesak hebat oleh gempuran dasyat.
Tidak ada harapan. Satu per satu keempat Menak bersaudara roboh dengan bersimbah darah.
Iblis Muka Gedeg belum pernah meninggalkan musuhnya dalam keadaan masih bernafas. Anehnya, tepat pada saat ia akan menusukan pedang ke jantung Ki Menak Songkok, tiba-tiba bayangan Mbok Cipluk hadir. Seakan-akan pengasuhnya itu berdiri di depannya dengan menampakan wajah prihatin.
"Kamu masih ingat? Kamu pernah berjanji untuk tidak membunuh orang lagi?" Kalimat itu kembali terngiang di telinganya.
Untuk memuaskan nafsunya, sebagai gantinya, dia hanya menebas putus sebelah lengan Ki Songkok. Lalu meninggalkannya dengan harapan musuhnya itu akan mati kehabisan darah.
'Kali ini aku menuruti nasehat Mbok! Biar Mbok senang di sana!'
***