Setelah tiga tahun kemudian, Airlangga berhasil menghimpun kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Ia mendirikan Kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
Bukti petilasan Prabu Airlangga dapat dijumpai dalam prasasti Munggut yang bertuliskan huruf Jawa kuno (tahun 1022 M). prasasti itu mengungkapkan, diantaranya tentang hak istimewa warga desa bebas dari pajak karena jasa-jasa mereka.
Tari Remo merupakan tarian yang diciptakan untuk melukiskan perjuangan Prabu Airlangga di medan pertempuran saat bertempat di Jombang. Tari yang memiliki beberapa filosofi yang terkandung dalam gerakan-gerakannya, misalnya gerakan 'gedrug' yang menghentak bumi, merupakan simbol kesadaran manusia terhadap kehidupan yang harus bisa berdamai dengan alam.
Tarian Remo diperankan oleh seorang laki-laki yang menggambarkan sosok pangeran yang gagah berani. Sehingga sisi keperkasaan dan kegagahan seorang kesatria sangat ditonjolkan.
"Salah satu prasasti di Desa Katemas juga menyebut nama Madander," imbuh Mpu Wicak, "Nah, nama Madander itulah yang diyakini sebagai nama Dusun Bedander, Desa Sumbergondang Kecamatan Kabuh. Tempat itulah yang dijadikan Mahapatih Gajah Mada menyenbunyikan Raja Jayanegara saat terjadi pemberontakan Ra Kuti!"
Mbah Gendam menimpali, "Saya tahu cerita itu, Mahapati Gajah Mada saat itu mengirim telik sandi ke pusat Kota Trowulan untuk melihat situasi. Pemuda yang ditugaskan itu hanya diberi waktu setengah hari untuk memberikan laporan. Kalian tahu siapa Si Telik Sandi yang mendapat tugas itu?"
"Siapa?"
"Beliau adalah Mbah Kucing!"
"Oh..!" seru beberapa orang nyaris bersamaan.
"Maaf, kembali ke masalah Kanjeng Wotwesi, menurut Mbah Kadir, mungkinkah dia kelak akan mendirikan kerajaan untuk menyaingi Demak?" tanya Pendekar Ingusan kekanak-kanakan. "Beberapa saksi mata bilang dia memiliki gudang penuh berisi tumpukan emas batangan! Dia lebih kaya dibanding Demak!"
"Kalau dibiarkan terus menipu orang dengan sihirnya, bukan mustahil lama-lama dia bisa mendirikan kerajaan!" jawab Mbah Gendam, "Benar-benar tanda kiamat sudah mendekati bumi Nusantara!"