Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (104): Tugas Suci

6 November 2024   05:10 Diperbarui: 7 November 2024   20:22 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini semua gara-gara Lintang dan Ki Demang Japa," geram Ki Dewan menyiratkan dendam. "Kedua orang itu memfitnah Ki Wiryo hingga jatuh dari jabatannya!"

"Dewata agung tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan menerima balasan!" timpal Ki Jangkar sok relijius.

"Kita yang akan membalasnya!" tegas Ki Dewan, "Pasti akan kita balas, dengan bantuan Kanjeng Wotwesi tentunya!"

Arya Dewandaru, mantan komandan Pasukan Alap-alap Kerajaan Daha itu telah mendapat bantuan dari Ki Wiryo untuk menghimpun sisa-sisa pasukannya. Setelah Daha dikalahkan Demak, pasukan itu terpaksa harus berpencar untuk menyelamatkan diri. Sayangnya kekuatan baru yang disokong Ki Wiryo itu hanya berumur pendek, karena penyamaran mereka dibongkar dan kemudian dihancurkan oleh Lintang Kejora.

Ki Dewan dan Ki Jangkar ditangkap. Mereka dibawah ke pusat pemerintahan untuk dijatuhi hukuman penjara oleh Kerajaan Demak. Di tengah perjalanan dengan pengawalan sangat ketat, mereka berhasil mengelabuhi petugas dan kemudian melarikan diri. Setelah bebas, yang ada dalam pikiran mereka adalah balas dendam. Sampai akhirnya mereka mendengar tentang Kanjeng Wotwesi dan memutuskan untuk bergabung dan mengikuti ajarannya.

***

Di sebuah warung ayam bakar legendaris, seorang anak usia sebelas tahun tampak cekatan bekerja. Bergerak membersihkan meja-meja, merapikan kursi yang baru ditinggal pengunjung, dan membawa piring serta gelas kotor ke tempat cucian. Anak yang lincah dan ceria.

Ki Dewan mengamati anak itu dari tempat duduknya. Ia kemudian berbisik di dekat telinga Ki Jangkar. "Anak itu adalah bidak pertama kita untuk melampiaskan dendam!"

Ki Jangkar selalu mengagumi kecerdasan komandannya itu, "Bidak? Bagaimana caranya?"

"Lihat saja nanti!"

Anak kecil yang bernama Manggala itu sadar sedang diperhatikan. Mata mereka lalu bertatapan, dan sama-sama saling melempar senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun