Oleh: Tri Handoyo
Sebagian anak buah 'Wong Langit' menggotong Pendekar Cebol yang tak berdaya dengan perut robek. Sebagian lagi bergantian menggotong mayat Warsito.
Awalnya Ki Wiryo ingin jenazah anaknya itu dibawa pulang ke rumah dan dimakamkan di kampung, tapi semua anggota Wong Langit tidak setuju. Itu dianggap bisa menimbulkan kecurigaan masyarakat dan bakal membongkar kedok mereka. Mayat yang dibungkus kain seadanya itu dan akhirnya langsung dikubur begitu saja dalam perjalanan pulang ke sarang di puncak bukit, di pinggiran hutan yang masih dipenuhi semak belukar.
Dalam momen melepas Warsito ke tempat peristirahatannya yang terakhir, Ki Wiryo menyampaikan kisah singkat mengenai putra bungsu kesayangannya itu.
"Izinkan saya menyampaikan sepenggal rasa cinta atas kepergian Warsito," ungkap Ki Wiryo mengawali ceritanya.
Pendekar Golok Terbang tampak menguap lebar tanpa menutup mulut. 'Kayak pemakaman pejabat kerajaan saja!' batinnya ingin tertawa.
Kisah itu didengarkan sambil lalu oleh para pendekar Wong Langit. Hanya Dewandaru satu-satunya orang yang tampak menyimak apa disampaikan oleh pamannya itu dengan khidmat.
"Saya bersumpah!" pungkas Ki Wiryo, "Benteng Nusa harus menebus mahal atas kematianmu ini!"
Meskipun mereka sebetulnya sadar bahwa kematian Warsito tidak ada hubungannya dengan Padepokan Benteng Nusa, tapi mereka tetap sepakat untuk melampiaskan dendam kepada padepokan itu.
Setelah orang-orang pergi, Ki Wiryo mencari batu yang cukup besar. Ia dibantu Dewandaru untuk mengangkat batu yang akan dijadikan nisan penanda. Setelah itu ia menangis sambil memeluk nisan. Ia baru merasa benar-benar kehilangan.