Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (91): Kualat

18 Oktober 2024   04:53 Diperbarui: 20 Oktober 2024   05:45 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lintang menangkis tepat di dekat leher. Hebat sekali pertemuan dua senjata kedua orang sakti itu, akan tetapi akibatnya Pendekar Golok Maut terdorong mundur lima langkah, sedangkan tubuh Lintang tak bergoyang sedikitpun.

Kaget bukan main Pendekar Golok Maut karena golok di tangannya nyaris terlepas. "Jangan takabur dulu, anak muda, aku tidak pernah kenal takut!" serunya memuji diri sendiri sambil menerjang kembali dengan jurus-jurus hebat.

Sementara itu, melihat betapa Lintang kerepotan dikeroyok dan sekarang Ki Birawa juga ikut mengepung, Mahesa mengeluarkan teriakan keras, dengan marah sekali ia menyerbu Ki Birawa.

Makin hebatlah pertempuran itu. Akan tetapi, Ki Kalong Wesi dan kawan-kawannya perlahan-lahan terdesak oleh Lintang yang luar biasa. Sementara Mahesa juga mampu mengimbangi Ki Birawa.

Permainan pedang Lintang yang dikenal sebagai ilmu pedang akhirat, hebat bukan main dan mempunyai daya serang yang mengandung tenaga dalam tinggi. Mahesa juga cukup tangguh, namun menghadapi Ki Birawa, dia hanya kalah pengalaman dan kalah tenaga. Biar pun telah mengerahkan seluruh kepandaiannya, tetap saja ia belum bisa mengalahkannya.

Warsito Kertosastro, putra Ki Demang, meloncat dari kudanya dan serta merta menerjang Mahesa. Ia sangat benci dengan pemuda yang dianggap telah merebut tunangannya. Agaknya putra Ki Demang itu ingin mencapai kemenangan dalam waktu singkat, karena begitu menerjang dia telah menggunakan ilmu silatnya yang paling diandalkan dan yang membuat dia dijuluki Si Cakar Macan.

Ilmu silat ini dimainkan dengan kedua tangan terbuka, dan jari-jari tangan dipergunakan untuk mencengkeram sedangkan pukulan dilakukan oleh pangkal tangan. Disertai tenaga dalam yang kuat, ilmu itu memang cukup berbahaya.

Setelah mengelak dan menangkis beberapa belas jurus lamanya, Mahesa yang menghadapi Ki Birawa dan Warsito mulai mencari kesempatan. Pada waktu dia mengelak dari cengkeraman tangan kanan Warsito, saat itulah Mahesa dengan cepat memukul ke depan, tepat pada siku Warsito, mengarah ke jalan darah pada sambungan siku.

"Aah...!" jerit Warsito seraya terhuyung mundur, mukanya pucat dan tangan kanannya memegangi siku kanan yang terlepas sambungannya.

Melihat itu, Ki Demang yang sudah dari tadi berdiri tidak jauh dari putranya, langsung ikut mengeroyok Mahesa. Sambil mengeluarkan teriakan keras ia menyerang dengan pedang menusuk dada.

Mahesa cepat mengelak sedangkan pedangnya sendiri lalu menukik dari atas kiri menusuk pundak lawan. Ki Demang terkejut dan maklum bahwa lawannya ini walau pun masih muda ternyata mempunyai ilmu pedang yang aneh namun berbahaya sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun