Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (91): Kualat

18 Oktober 2024   04:53 Diperbarui: 18 Oktober 2024   08:35 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Tri Handoyo

Semilir angin menyelinap melalui cela kelambu jendela yang terbuka. Sorot cahaya rembulan yang turut menerobos jatuh di ujung ranjang. Malam yang cukup menyenangkan. Begitu damai.

Arum tengah rebah di samping tubuh Lintang, di balik selimut yang hangat. Mereka berdua baru saja mengarungi badai percintaan yang dasyat, dan setelah hampir setengah jam, sisa-sisa badai kenikmatan itu masih menjalari seluruh tubuh mereka.

"Dinda, kamu ingin anak kita nanti laki-laki atau perempuan?" tanya Lintang sambil mengelus-elus perut istrinya yang tampak semakin besar.

"Kalau diijinkan, aku pingin punya anak kembar!" jawab Arum sambil memalingkan mukanya menghadap Lintang. Tersungging senyum manis yang menghiasi wajah ayunya.

"Ah, aku kasihan kalau nanti kamu sibuk menyususi keduanya!"

"Gak apa-apa, jangan iri, nanti sekalian bertiga sama bapaknya!" goda Arum, "Paling nanti bapaknya yang paling rakus!"

"Ha..ha..ha..!" Bisik Lintang tepat di samping telinga Arum, "Dinda, senyum manismu seikhlas mentari. Lembut suaramu sejujur angin. Kerling matamu begitu menghanyutkan. Setiap kata yang terucap dari bibirmu bagaikan nyanyian yang memabukan. Tak pernah sekali pun aku mau kehilangan kamu, meski sesulit apapun keadaannya!"

Kendati itu sudah sering diulang-ulang, Arum tetap senang mendengar pujian itu. "Meski sesulit apapun keadaannya!" ucap Arum berbarengan dengan ucapan Lintang. Ia hafal sekali.

Mereka berdua kemudian tertawa. Mereka sebetulnya sadar bahwa batalnya pernikahan antara Ayu Lastri dan putera Ki Demang telah menimbulkan permusuhan serius di antara kedua padepokan. Bara api dendam kubu Ki Demang tinggal menunggu waktu, entah kapan pelampiasannya akan dilakukan, tapi itu pasti. Sebetulnya yang lebih patut dikhawatirkan adalah soal pembalasan dendam dari Ki Kalong Wesi dan Si Iblis Betina, namun Lintang sengaja tidak berniat membahas soal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun