Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (83): Pertemuan Dua Hati

8 Oktober 2024   07:20 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:30 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segera lelaki itu menggunakan kedua tangan untuk meringkus Lastri, dan mereka kemudian terguling jatuh ke dalam kolam.

Ki Bejo sudah muncul di tempat itu dan diikuti beberapa orang tukang pukulnya. Lastri yang tidak bisa berenang diangkat setelah dibiarkan beberapa saat tenggelam. Gadis itu lemas tak dapat menggerakkan kaki tangannya lagi. Ia hanya dapat memandang dengan mata bersinar marah. Rupanya ia telah meminum beberapa teguk air kolam. Kini ia mengatur nafas, terengah-engah, juga tubuhnya sakit di bagian sana-sini.

Juragan Bejo membantu Lastri untuk bangkit berdiri, lalu mengangkat tangan hendak menampar. Akan tetapi, setelah melihat pakaian Lastri yang basah dan melekat mencetak lekuk tubuhnya, membuat lelaki tambun itu mengurungkan niatnya. Sebetulnya harus diakui bahwa baru kali itulah Ki Bejo betul-betul jatuh hati kepada gadis belia yang ayu dan tangguh itu. Sekali lagi ia memandang wajah Lastri yang menggugah gairahnya.

"Gadis liar, tak tahu diuntung!" gerutunya sambil mengusapi lengannya yang terluka oleh kuku-kuku Lastri ketika bergumul tadi. Ki Bejo kemudian menyuruh orang-orangnya untuk bubar.

Begitu para tukang pukul pergi, dengan kemarahan meluap-luap Lastri meloncat dan langsung kedua kakinya mengirim tendangan berantai. Ki Bejo kaget sekali dan dengan gugup ia mengelak ke sana ke mari karena tendangan-tendangan itu betul-betul mengarah ke bagian-bagian tubuh yang berbahaya. Akhirnya ia dapat menyambar kaki Lastri dan sekali dorong tubuh kecil itu terpelanting ke lantai.

Lagi-lagi Ki Bejo memaki, "Dasar tak tahu diri, ayo berdiri!"

"Tidak sudi! Bunuh saja aku!" balas Lastri ketus.

"Dasar keras kepala! Kau harus disiksa dulu sebelum aku bunuh. Rasakan kau nanti!"

Mendadak, sebelum Lastri sempat menduga apa yang sedang terjadi, seorang pemuda menubruk dan dengan sekali pukulan merobohkan Ki Bejo. Pemuda itu lalu mengangkat tubuh Lastri, dipanggul di atas pundaknya. Lastri meronta-ronta, akan tetapi karena kedua kakinya dipeluk kuat oleh pemuda yang besar sekali tenaganya itu, ia tak berhasil melepaskan diri. Dengan cepat pemuda itu melompati pagar dan lari seperti angin.

Lastri merasa sangat kaget ketika tahu-tahu ia dibawa lari oleh seorang pemuda yang tidak ia lihat mukanya karena keadaan gelap. Ia tidak tahu apakah orang itu baik ataukah jahat, akan tetapi dalam pondongan orang itu ia sama sekali tidak dapat bergerak.

Mahesa berlari cepat-cepat karena ia tidak ingin Juragan Bejo bersama para tukang pukulnya mengejarnya. Andai kata ia tidak sedang menolong orang, tentu saja ia tidak takut menghadapi mereka semua. Akan tetapi dengan adanya gadis yang ditolongnya itu, tentu tidak leluasa untuk bergerak. Mahesa masih terus berlari melewati hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun