Lintang dan Arum membersihkan ruangan di dalam gua, mengubur tulang belulang yang berserakan yang mereka temui di mana-mana. Arum kadang masih merasa ngeri melihat situasi di sekitar puncak bukit itu, tapi sepanjang ada Lintang Si Pendekar Pedang Akhirat di sisinya, tidak ada lagi yang perlu ia khawatirkan.
Setiap saat Arum dengan setia dan telaten membacakan isi kitab pusaka itu buat suaminya. Dukungannya kepada suaminya sungguh luar biasa. Kendati tidak jarang ketika bangun tidur, ia mendapati suaminya belajar sendiri membaca, meskipun harus dengan mengeja.
Suatu pagi Arum melihat Lintang menulis dengan telunjuknya yang dialiri tenaga dalam di dinding gua, sehingga dinding batu itu seperti di pahat. Pelan-pelan dengan penasaran Arum menghampiri dan membaca tulisan berhuruf Jawa di sana.
Kunikmati
setiap detik keajaiban yang kau berikan
yang buat hidupku kaya makna
setiap tutur katamuÂ
laksana lantunan mantraÂ
yang merasuk kedalam sukma
menjadi pencerah jiwa
Â