Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (79), Tempat Terangker Adalah Tempat Teraman

2 Oktober 2024   04:14 Diperbarui: 2 Oktober 2024   04:48 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Murid-murid kami awalnya cuma minta mangga secara baik-baik!" Ki Demang memberi penjelasan kepada Cak Japa, "Hanya mangga yang tak berharga!"

Penasehat Ikatan Pendekar Jawa itu sudah mendapat informasi dari Ki Tejo bahwa Perguruan Macan Abang telah menyerang padepokannya. Hari itu Ki Tejo meminta bantuan Ki Entong dan Ki Marijan beserta murid-murid mereka untuk menuntut balas.

"Tidak memberi mangga tidak masalah, tapi murid Kera Putih bilang bahwa murid-murid kami itu seperti binatang yang tidak mengerti aturan!" sambung Ki Demang, "Murid-murid kami dibilang dididik oleh guru-guru yang bermental binatang, bahkan dibilang lebih rendah dibanding anjing. Inilah yang memancing kemarahan murid-murid kami! Siapa orangnya yang tidak akan marah kalau dikatakan seperti itu?"

"Itu tidak benar!" potong Ki Tejo cepat, "Dia memutarbalikan fakta!"

Kembali Cak Japa meminta Ki Tejo agar menahan diri dulu. "Maaf Ki Demang!" kata Cak Japa, "Saya bisa memaklumi kemarahan murid-murid anda seandainya memang benar dibilang seperti itu, masalahnya apa berita itu sudah pasti benar? Nah, alangkah baiknya sebelum kita-kita yang tua ini turun tangan, kita periksa dulu kebenaran berita itu! Bukannya langsung main serang?"

"Pada saat salah seorang dari kami, Guk Seger, mencoba melerai," seru Ki Demang, "Ketua Kera Putih justru menghajarnya dan sampai sekarang dia masih dalam kondisi tidak sadar karena mengalami luka dalam yang sangat berat! Kalau seperti itu bagaimana mungkin kami bisa mencari kebenaran dengan cara bicara baik-baik? Cak Japa harus adil melihat persoalan ini, jangan karena dari kubu anda kemudian anda membelanya mati-matian!"

"Saya bukan orang yang seperti itu Ki Demang! Saya akan selalu berpihak kepada kebenaran, oleh karena itu saya pasti akan mendengarkan dari kedua bela pihak, dan tidak gegabah untuk mengambil kesimpulan! Nah, apa yang baru saja saya dengar dari anda itu bertolak belakang dengan penjelasan yang saya dengar dari kubu Ki Tejo!"

"Kalau begitu sekarang terserah Cak Japa, mau percaya yang mana? Yang jelas kami tidak mungkin menyerbu tanpa alasan! Masalah alasan itu mau diterima apa tidak, terserah!"

"Inilah yang membuat saya kecewa Ki Demang!" Wajah Cak Japa tampak sangat prihatin, "Kepercayaan itu bukan disesuaikan dengan selera, jadi gak bisa dibilang terserah, kebenaran kok terserah. Kebenaran berita itu harus diteliti, diperiksa dan diusut dari awal timbulnya persoalan itu. Ki Demang tadi bilang harus adil melihat persoalan ini, jangan karena dari kubu kita kemudian kita bela mati-matian, nah apa Ki Demang sudah adil, sudah mendengarkan penjelasan dari kubu Ki Tejo?"

Ki Demang terbungkam mendengar serangan balik dari Cak Japa yang menggunakan kata-kata yang tadi keluar dari mulutnya sendiri.

Setelah suasana hening beberapa saat, Cak Japa kemudian mengajak semua pihak intropeksi dan memerintahkan pihak Ki Tejo untuk membubarkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun