***
Memang, Ki Tejo, dibantu Ki Entong Pendekar Kapak Emas dan Ki Marijan Pendekar Lebah Hitam, tampaknya sudah memperhitungkan masak-masak bahwa mereka akan mampu menandingi para pimpinan Perguruan Macan Abang. Akan tetapi, mereka benar-benar salah perhitungan. Salah besar.
Anak buah Ki Demang memang kebanyakan para mantan perampok yang kejam dan yang sudah biasa menghadapi dunia kekerasan. Modal mereka hanya keberanian, soal ilmu kanuragan mereka tidak ada apa-apanya dibanding tiga pendekar dari kubu Ikatan Pendekar Jawa itu. Akan tetapi tanpa diduga, mereka ternyata harus berhadapan dengan banyak pendekar dari kubu Ki Demang, apa lagi ditambah pendekar yang memiliki kesaktian ilmu hitam seperti Si Iblis Betina dan Ki Kalong Wesi.
Para pemimpin perguruan di kubu Ki Tejo benar-benar tidak dapat berkutik, apalagi murid-murid mereka. Dalam pertempuran yang singkat saja sudah banyak korban bergelimpangan dari pihaknya.
Berawal dari hanya soal mangga, kemudian terjadi perkelahian antar murid dua perguruan, dan akhirnya menyeret pertempuran antar dua kubu yang melibatkan banyak pendekar. Kubu Ikatan Pendekar Jawa melawan kubu Persaudaraan Pendekar Pribumi.
Ki Birawa, Ki Bajul Brantas, Pendekar Golok Maut, tampak semangat membela Macan Abang. Mereka sebetulnya merasa sedikit prihatin karena harus melawan orang-orang yang sebelumnya merupakan kawan-kawan mereka sendiri. Sementara Ki Kalong Wesi dan Si Iblis Betina belum turun tangan.
Ki Tejo sedang berhadapan melawan Kedua Pendekar Jeliteng Macan Kumbang. Ki Entong menghadapi Ki Birawa. Ki Marijan dikeroyok Ki Banjul Brantas dan Pendekar Golok Maut.
"Mundur kalian!" teriak Iblis Betina yang tiba-tiba terbang menyerang Ki Tejo. Dua senjata bertemu dan saling tempel, tak dapat dilepaskan lagi. Seorang kakek, Ki Tejo Pendekar Kera Putih kini mengadu tenaga dalam melawan Si nenek Iblis Betina. Sebentar saja Ki Tejo merasa betapa telapak tangannya tergetar dan makin lama makin dingin. Tenaga dalam yang dia miliki terasa makin lemah dan hampir buyar. Keadaannya sangat berbahaya karena sebagai ahli silat, kakek itu sadar bahwa setelah tenaganya habis, dia akan menderita luka dalam yang hebat, luka yang mungkin bisa merenggut nyawanya. Akan tetapi dia nekat mengerahkan seluruh tenaganya.
Saat itu, Cak Japa muncul untuk melerai pertempuran. Cak Japa kemudian berdiri di belakang Ki Tejo dan tampak mencoba menghentikan dengan menepuk punggung kakek yang terdesak itu.
Meski hanya merupakan sekali tepukan, akan tetapi sebenarnya Cak Japa sudah mengerahkan hawa tenaga murni dari tubuhnya. Tenaga yang dahsyat ini tersalur melalui punggung Ki Tejo, terus melaju ke arah kedua lengannya dan menjalar ke tongkatnya. Akibatnya hebat sekali. Dua pasang tongkat yang saling tempel itu langsung terlepas seperti direnggutkan tenaga yang tak tampak.
Si Iblis Betina tak dapat mempertahankan diri dan terdorong mundur ke belakang. Tadi dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya dan secara mendadak tenaganya memantul balik. Ada pun Ki Tejo hanya terdorong mundur selangkah.