"Bagaimana kamu bisa tahu?" Peristiwa seperti itu bagi Arum adalah hal baru. Ia memang pernah mendengar tentang ilmu mengirim suara, ilmu pendengaran gaib, ilmu terawangan atau penglihatan gaib, tapi selama ini ia anggap semua itu hanya semacam dongeng. Â "Mungkin dia Pendekar Kalong Wesi?"
"Pendekar Kalong Wesi? Siapa dia?" tanya Lintang.
"Dia pendekar yang pasti lebih hebat dibanding Si Iblis Betina!" jawab Arum, "Menurut kabar, dia pendekar yang menguasai wilayah pesisir selatan!"
"Tapi tenang saja, tampaknya ia terluka parah!" sambung Lintang. Pandangan matanya seolah menerawang jauh. "Dia tidak akan datang lagi dalam waktu dekat!"
Dia terluka parah? Oleh apa?"
"Oleh perang tenaga batin!"
"Ha.., perang tenaga batin, kapan?"
Ki Kalong Wesi kaget ketika berhadapan dengan seorang yang biarpun masih sangat muda akan tetapi mempunyai ilmu kepandaian tinggi. Ditambah lagi saat ia mendengar pengakuan pemuda itu sebagai Pendekar Pedang Akhirat. Dia harus mengerahkan seluruh tenaga dalamnya saat adu suara tenaga batin, oleh karena itu tubuhnya yang sudah tua menderita luka dalam. Maka ia segera pergi. Sayangnya, cita-citanya untuk menculik Arum dan merebut pusaka kini harus terganjal dengan munculnya Lintang, sosok misterius yang telah menjadi ketua Perkumpulan Pedang akhirat, perkumpulan yang konon adalah pengawal pribadi Patih Nambi.
Setelah meloncat meninggalkan padepokan, Ki Kaong Wesi sempat memuntahkan darah segar. Ia sadar bahwa ia telah mengalami luka dalam yang cukup berat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H