Tiba-tiba mereka bertiga dikejutkan dengan datangnya rombongan orang berkuda yang memasuki pintu gerbang padepokan. Jumlah mereka sepuluh orang, dan mengaku kepada penjaga bahwa mereka utusan dari Lumajang. Setelah diijinkan masuk, seorang menyampaikan kabar kepada Arum bahwa ada rombongan yang akan datang untuk melamar Putri Arum Naga.
"Rombongan Raden Lintang akan tiba esok hari!" kata si pembawa pesan kepada Arum. "Kami bertugas untuk membantu mempersiapkan segala keperluan di sini!"
Yang membuat Arum dan Asih terheran-heran, rombongan itu kemudian menurunkan banyak oleh-oleh berupa makanan dan buah-buahan. Tanpa sadar mereka berpaling ke si gadis mungil, Alya.
Tentu saja Arum menjadi kalang kabut mendengar berita bahagia yang bagaikan mimpi itu. Ia segera menyampaikan kabar itu kepada murid-muridnya dan meliburkan semua jadwal kegiatan di padepokan. Ia juga meminta kepada Mbakyu Asih dan Cak Japa, untuk menjadi wakil orang tuanya.
***
Keesokan harinya, tidak seperti biasanya, pagi-pagi sekali Arum sudah mondar-mandir di teras depan rumah yang lebar. Semua kursi dan meja di dalam ruangan dikeluarkan dan diatur di halaman depan, di atas lantai bata merah. Pendekar Naga Jelita yang usianya baru menginjak dua puluh satu tahun itu nampak gagah dalam pakaian kebaya berwarna lembayung yang anggun tapi ringkas. Wajahnya yang belakangan muram kini terlihat berseri-seri.
Para murid wanita yang berjumlah puluhan orang berpakaian seragam berwarna hijau. Mereka tampak gagah dan juga cantik-cantik, seperti dayang-dayang dalam istana kerajaan.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul. Rombongan mempelai laki-laki dikawal sekitar empat puluh orang menunggang kuda dan dua kereta yang masing-masing ditarik empat ekor kuda. Rombongan yang merupakan keluarga anggota Perguruan Pedang Akhirat itu membawa banyak 'Seserahan' untuk melamar.
Dari pihak keluarga mempelai perempuan, diwakili Cak Japa, menyambut dengan hangat kedatangan mereka dan segera mempersilakan masuk ke tempat di mana acara lamaran dan akad nikah akan berlangsung.
Penyampaian maksud dan tujuan kedatangan rombongan dari mempelai laki-laki disampaikan oleh Ki Tanca. Inti dari acara lamaran itu langsung mendapat jawaban dari calon mempelai perempuan untuk bersediah dinikahkan.
Setelah lamaran resmi diterima oleh mempelai perempuan, maka agenda selanjutnya adalah penyerahan 'Seserahan' kepada keluarga calon mempelai perempuan. Itu merupakan simbol tentang keseriusan dari pihak pelamar. Mereka membawa berbagai macam bingkisan buat mempelai perempuan, dan yang paling istimewa, yaitu sejumlah uang untuk biaya membangun sebuah puri yang nantinya akan dipersembahkan sebagai "Mahar". Puri itu kelak diberi nama 'Puri Naga Nusantara'.