Kendati di dalam hati kecil Roro Ajeng ada sepenggal kerapuhan dalam mencintai Panji, namun ia berjanji akan berusaha sepenuh hati mencintainya. Bukan karena Panji kurang tampan atau kurang mapan, akan tetapi karena cinta sejatinya telah lenyap, dibawa pergi seorang pendekar besar bernama Kebo Kicak.
Itu bukan hal yang aneh, karena sebagai seorang pendekar silat tentu saja ia mengagumi sosok pendekar yang lebih hebat darinya, dan ketika orang yang dicintai itu mengkhianati, maka hatinya menjadi hampa. Itu membuat ia tidak banyak pertimbangan lagi ketika Panji melamarnya. Hanya terdapat sedikit hal yang mengecewakan hati Ajeng, yaitu bahwa Panji sama sekali tidak memiliki jiwa seorang pendekar. Panji berjiwa seorang penjilat tulen terhadap atasannya, Ki Demang Wiryo.
Yang cukup menghibur hati, pengantin baru itu hidup dalam keadaan berkecukupan. Panji memiliki sebuah rumah dengan pekarangan yang luas. Mereka memelihara beberapa hewan ternak di belakang rumah, dan menanam berbagai tanaman sayuran serta buah-buahan di pekarangan samping rumah.
Sore hari itu, di teras depan rumah, Panji menemani Ajeng yang tengah menyirami bunga-bunga dalam pot. Ia terus berupaya membujuk istrinya agar keluar dari Ikatan Pendekar Jawa pimpinan Arum.
"Persaudaraan Pendekar Pribumi siap menjadikan Dik Ajeng sebagai ketua apabila nanti bergabung!"
"Aku tahu, pada dasarnya Ki Demang itu sakit hati karena perguruannya kalah pada saat pemungutan suara. Maka keluar dan buat organisasi tandingan!"
"Huss, jangan bilang begitu Dik. Kalau sampai ada orangnya Ki Demang tahu bisa bahaya kita!" Panji tampak ketakutan sekali.
Sekali lagi dalam lubuk hati Ajeng tertikam oleh kekecewaan terhadap sikap suaminya. Ia makin tahu bahwa di balik keangkuhan dan kegagahan Panji Segoro, terdapat sifat penakut yang tidak menyenangkan hatinya.
"Ki Demang itu sebenarnya orang yang baik, Dik!" tutur Panji meyakinkan. "Dia itu..."
Ajeng memotong, "Orang kepercayaan Ki Demang yang membunuh ayahku!"
"Itu tidak ada hubungannya dengan Ki Demang!" bela Panji, "Surantanu itu memang manusia keparat. Ki Demang sendiri benci sama keparat busuk itu, dan sudah punya rencana mau mengusirnya. Jadi Surantanu membunuh ayahmu atas kemauannya sendiri, bukan perintah siapa-siapa!"