Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (71), Keburukan Bakal Ambruk

22 September 2024   06:02 Diperbarui: 22 September 2024   09:51 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Hm.., saya minta Kitab Sakti Mandraguna dan Pedang Pusaka Naga Nusantara!" jawab Tapak Petir ringan, "Serahkan pusaka itu dan saya akan membiarkan kalian semua selamat!"

"Bangsat, siapa sudi mendengar ocehanmu!" kata Ki Birawa dengan sepasang mata berapi, ada pun toyanya siap terayun mengirim pukulan maut.

Ki Joko Petir dengan cepat menangkis dengan tangannya. Pertemuan tangan dan toya yang digerakkan dengan tenaga raksasa ini menimbulkan suara keras hingga orang-orang yang berada di dekat situ merasakan getaran yang hebat. Ki Birawa terpental mundur dan sebelum kembali dalam posisi siap, Ki Petir sudah secepat kilat mendahului memberi pukulan.

Di saat bersamaan Arum melompat dan sarung pedang pusakanya menghadang tangan Ki Petir. "Nanti dulu. Biar pun ilmumu hebat, akan tetapi di pihak kami masih ada pendekar-pendekar yang juga hebat. Tapi karena kamu mau berurusan dengan Kebo Kicak, maka biarlah aku menyediakan nyawaku untuk mewakilinya. Kalau aku sudah tidak ada, boleh kamu berbuat sesuka hatimu!"

"Bagus, mampuslah kau gadis ingusan!" seru Ki Petir.

Melihat itu, naik darahlah para pendekar dan secara bersamaan mereka menyerang empat anak buah Ki petir. Mereka yang merupakan tokoh-tokoh penting perguruan jelas tidak terima atas hinaan itu.

"Tahan semuanya!" teriak Cak Japa dengan diiringi tenaga dalam sehingga suaranya menggelegar seperti halilintar.

Namun beberapa pendekar dengan ilmu silat mereka yang tinggi masih terus melakukan perlawanan yang gigih, sekalipun mereka harus terluka dan mandi darah. Empat anak buah Pendekar Tapak Petir itu ternyata memiliki ilmu yang lumayan tinggi juga. Masih sedikit di atas rata-rata para pendekar.

Ki Petir dan empat orang anak buahnya itu dikenal sebagai pengembara. Mereka sudah melalang buana ke mana-mana dan nama mereka cukup ditakuti, apalagi setelah kawanan perampok elit itu, beberapa tahun yang lalu, berani mengobrak-abrik salah satu istana raja Kediri.

"Tahan semua!" kembali Cak Japa berseru lantang.

Semua akhirnya berhenti, tinggal Arum dan Pendekar Tapak Petir yang masih terus bertempur. Tapak Petir rupanya tidak mau memberi ampun kepada Arum, sehingga ia terus mendesak. Tiba-tiba Lintang Kejora, pemuda yang dianggap Kebo Kicak yang sedang hilang ingatan, melompat dan berdiri di depan Arum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun