Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (67): Luka Tanda Cinta

15 September 2024   06:17 Diperbarui: 15 September 2024   06:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Terima kasih!" jawab Lintang sambil memandang Arum keluar. Ia menempati gudang yang biasa digunakan untuk menyimpan berbagai jenis senjata, yang dirubah menjadi ruang tidur. Lintang melepas semua pakaiannya dan berdiri tertegun di depan cermin, sekilas terbersit rasa berdosa atas semua sandiwaranya itu.

Setelah waktu berselang cukup lama, Arum kembali memasuki kamar Lintang untuk melihat apa pakaian suaminya pas. Alangkah terkejut ia ketika di depan pintu yang terbuka, ia menyaksikan lelaki itu berdiri dalam keadaan telanjang bulat, disusul Lintang yang membalikan badan karena mendengar ada suara orang terkejut. Untuk beberapa saat mereka berdua terpaku.

"Kamu lupa menutup pintu!" kata Arum dengan cepat keluar dari kamar sambil menutup pintu. Darah dalam tubuhnya terasa berdesir aneh, dan jantungnya berpacu cepat. Ia benar-benar seperti melihat tubuh suaminya, bedanya di tubuh lelaki yang agak gemuk itu terdapat banyak bekas luka.

Lintang lalu keluar dari kamar setelah mengenakan pakaian Raden Tulus. Arum yang dari tadi mondar-mandir di depan kamar melihat dengan tercengang. Bayang-bayang tubuh telanjang lelaki itu masih melekat dalam benaknya. "Hm.., agak kekecilan!" komentarnya sambil berusaha membuyarkan bayangan tadi.

"Tidak apa-apa. Pakaian ini bagus. Saya suka sekali. Terima kasih!"

"Hm.., syukurlah!"

"Saya akan olah raga biar pakaian ini nanti pas dengan badan saya!"

"Ha..ha.., bagus!"

Kehadiran Lintang membuat Arum setidaknya bisa bernafas lega, karena beberapa lelaki yang mencoba mendekatinya setelah suaminya menghilang, kini mereka mundur secara teratur. Namun di sisi lain, ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi tatapan orang-orang yang keheranan melihat perlakuannya terhadap suaminya yang dianggap janggal. Tidak seperti dulu.

Malam itu Arum berbincang-bincang dengan Lintang. Lebih tepatnya dia mencurahkan segala permasalahan hidup, seperti mengurus padepokan, memberikan perlindungan kepada masyarakat yang tertindas dan butuh bantuan, dan lain sebagainya. Sementara Lintang hanya sebagai pendengar yang baik, hanya melontarkan beberapa kalimat tanggapan yang sekiranya perlu disampaikannya.

Menurut Arum, mendengar beberapa kali tanggapan Lintang, ia menganggap lelaki itu cukup cerdas, hanya lupa tentang masa lalunya. "Gembul, kalau boleh tahu, kenapa di badanmu ada banyak bekas luka?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun