Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (67): Luka Tanda Cinta

15 September 2024   06:17 Diperbarui: 15 September 2024   06:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Tidak terasa lima tahun berlalu. Lintang sudah menginjak usia tujuh tahun. Selama itu ia hanya memakai celana pendek dari kulit celeng. Tanpa pernah memakai baju dan alas kaki. Tubuhnya tampak dipenuhi berbagai bekas luka. Setiap hari ia bekerja membantu pekerjaan rumah, dan setelah menginjak usia lima tahun ia mulai disuruh untuk berburuh binatang liar di hutan.

Lintang mengira Ki Lindu dan istrinya itu sebagai orang tuanya, dan perlakuan kasar mereka itu dianggap hal wajar. Suatu hari Ki Lindu menyuruh Lintang untuk minum ramuan yang katanya untuk memperkuat tulang dan otot. Cairan kental berwarna coklat kehitaman itu adalah campuran berbagai racun yang diambil dari berbagai tanaman dan bisa binatang.

"Baunya busuk sekali, Raja!" seru Lintang dengan mimik muka mau muntah. Ia memang memanggil orang tua palsunya itu dengan sebutan raja dan permaisuri.

"Jangan pedulikan baunya, yang penting itu khasiatnya!" kata si permaisuri membujuk.

"Betul!" imbuh Ki Lindu, "Kamu akan jadi orang yang paling kuat sedunia setelah meminum ramuan ini!"

Setelah menenggak dengan cepat sambil menjepit hidungnya dengan jari, Lintang merasa matanya berkunang-kunang, perutnya mual dan tubuhnya mulai panas. Tidak lama kemudian ia tergeletak tak sadarkan diri. Ki Lindu kemudian mengangkat tubuh kecil itu dan membuangnya ke tengah hutan. Ia yakin bahwa tubuh itu nanti akan menjadi santapan binatang buas.

Ki Lindu dan istrinya terpaksa harus meracuni Lintang karena khawatir jika semakin besar dan kuat, anak itu kelak bisa menjadi ancaman dan membahayakan mereka sendiri. Mereka benar-benar dibuat ketakutan dengan kekuatan gaib yang melindungi anak itu.

Keesokan harinya Lintang membuka mata. Ia masih belum diijinkan untuk kembali ke pangkuan Tuhan. Ia bangun dari tidurnya, seakan-akan baru bangun dari kematian. Tubuhnya kini menjadi kebal terhadap berbagai racun.

Ia berjalan mengikuti jejak langkah kaki kuda, hingga akhirnya sampai di pinggir hutan dan bertemu dengan tenda sekelompok pemburu. Mereka terkejut melihat seorang anak kecil sendirian telanjang di pinggir hutan.

Pemimpin pemburu itu rupanya adalah seorang kepala pasukan Majapahit. "Siapa namamu, Nak?" tanya kepala pasukan yang bernama Ki Bondan Tadah itu.

"Lintang Kejora!" Untungnya Ki Lindu tidak mengganti namanya, sehingga ketika ia menyebut namanya para pemburu itu terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun