Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (64): Kalah Jadi Abu, Menang Jadi Arang

12 September 2024   07:19 Diperbarui: 12 September 2024   07:21 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Malang bagi Celurit Setan, senjatanya patah. Ia harus mengakui bahwa wanita belia putri tunggal Mpu Naga Neraka itu benar-benar luar biasa. Kini ia harus mencoba untuk menghindar ketika pedang Arum menyambar dengan cepat, namun terlambat. Dengan berteriak kencang gadis itu berhasil membabatkan pedangnya ke arah leher, tapi matanya sengaja dipejamkan. Pedang itu meleset di atas leher setelah tertangkis separuh celurit yang bagian ujungnya patahitu. Robohlah Pendekar Celurit Setan dengan sebagian kepala terpisah dari tubuhnya.

Suara gegap gempita kembali terdengar dari kubu Benteng Naga. Suasana yang tadi begitu mencekam sekarang berubah menjadi riuh seperti pasar. "Hidup Guru Arum Naga! Hidup Guru Arum Naga!"

Ki Unggul Weling menghela napas panjang. "Kita harus mengakui dengan jujur bahwa kita sudah tua dan sangat ketinggalan jaman!" ujarnya ditujukan kepada para anak buahnya, "Selama hidup aku belum pernah melihat gadis-gadis yang demikian luar biasa!"

"Wah, ini baru Mbak Ajeng dan Mbak Arum yang maju!" seru Cak Japa seakan-akan ditujukan ke barisan Ki Demang.

"Iya, giliran kami kapan?" seloroh Ki Unggul. Ia dan teman-temannya adalah patriot-patriot sejati yang gagah, yang selama ini siap mengorbankan nyawa untuk membela tanah air. Patriotisme adalah sesuatu yang sangat mereka junjung tinggi.

Cak Japa berbicara lantang, "Dalam setiap pertempuran, kalah jadi abu, menang jadi arang. Pikirkanlah sebelum ini diteruskan!"

Ki Demang dan pasukannya diam membisu. Nyali mereka telah runtuh di titik terendah. Apabila mereka memaksakan diri untuk terus maju itu sama halnya dengan bunuh diri, dan mereka memang orang-orang pengecut, yang akhirnya memilih mundur teratur. Apalagi mereka juga mendengar bahwa Surantanu, pendekar andalan mereka, sekarang dalam pelarian dikejar-kejar Pendekar Kebokicak.

***

Surantanu melihat ada arak-arakan pengantin. Orang-orang kampung sedang merayakan pesta perkawinan 'Ngundu Mantu' antara seorang pemuda bernama Joko Tamping dan seorang gadis bernama Siti Wulanjar. Surantanu lalu menyusup ke dalam rombongan pengantin perempuan.

Kebokicak datang dan juga menyelinap di belakang rombongan. Ia diam-diam memberitahu sekitarnya bahwa di dalam rombongan itu ada penjahat bernama Surontanu. Karena curiga keberadaannya sudah diketahui, Surantanu kemudian nekad menyandera Joko Tamping. Suasana menjadi ricuh. Joko Tamping yang memang memiliki kepandaian bela diri berusaha melawan. Akan tetapi pemuda itu bukan lawan yang berarti bagi Surantanu, dengan sekali hentakan keras tubuh Joko Tamping dibenturkan ke pohon Maja, dan lantas tergeletak tak bernyawa. Siti Wulanjar menjerit-jerit sambil bersimpuh di depan jasad calon suaminya. Semua orang menjadi panik.

Kebokicak tertegun dan sesaat tak kuasa bertindak. Ia membiarkan Surontanu yang kabur ke arah selatan. Lokasi itu kelak dinamakan Desa Tamping Mojo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun