Tiba-tiba suara keras yang mengandung energi tinggi terdengar menggema memenuhi lokasi itu. "Aku datang!" Ketika semua terheran-heran dan mencari-cari siapa orang yang mengatakan itu, tiba-tiba berkelebat sosok lelaki seolah-olah baru turun dari langit dan berdiri di samping Arum. Ternyata dia adalah Cak Japa.
"Maaf, saya datang terlambat!" ucap Cak Japa dengan suara yang sengaja dikeraskan.
"Terima kasih atas kehadirannya, Cak Japa!" sahut Arum sambil membungkukkan punggung memberi hormat.
Kedua Pendekar Jeliteng Macan Kumbang merasa gentar melihat munculnya Cak Japa. Apalagi Ki Geni. Mereka sudah pernah merasakan kehebatan pendekar sederhana itu. Sehingga akhirnya Pendekar Celurit Setan yang bersedia maju.
"Mohon ijin untuk menghadapi setan itu!" kata Arum kepada para seniornya.
"Baik silakan Guru Arum!" jawab mereka orang serentak.
Dengan tenang Arum melangkah maju. Mukanya berkulit putih halus, berbentuk oval dengan sepasang alis hitam melengkung panjang, menghiasi sepasang mata yang bening namun tajam berapi-api. Biar pun kedua matanya membayangkan keberanian dan pengaruh besar, namun wajahnya yang anggun tetap menggambarkan kelembutan hati.
Si Celurit Setan tidak mau membuang banyak waktu. Ketika dia melihat Arum Naga maju, dia cepat menggerakkan kaki, melompat sambil memutar tubuh disertai menyabetkan celurit. Itu adalah cara mengoptimalkan seluruh kekuatan sabetannya ke arah leher lawan. Terdengar suara keras ketika celurit itu tertangkis pedang, dan yang membuat Pendekar Celurit Setan tercengang, celurit pusakanya bergetar hebat.
Arum memasang kuda-kuda dan siap menanti serangan musuh dengan pedang menyilang di depan dada. Kali ini Celurit Setan meloncat tinggi dan salto di udara beberapa kali sebelum membacokkan celurit ke arah kepala. Melihat bacokan yang deras, Arum cepat-cepat menggerakkan pedang menangkis dari bawah ke atas, dan kakinya melayang ke depan mengirim tendangan.
Celurit Setan menangkis tendangan itu dengan tangan kirinya sambil melengu kaget, "Ah..!" Karena ia merasa betapa telapak tangannya terasa sakit. Kini serangan berikutnya datang dengan tusukan pedang dan disusul tendangan pula. Dengan kecepatan kilat Celurit Setan berkelit dari tusukan pedang sambil membentengi kepalanya dari tendangan kaki Arum.
Dalam waktu singkat, sambil melayang di udara Celurit Setan menyabetkan senjatanya mengarah ke kepala lawan. la betul-betul mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk mendesak wanita yang kecantikannya pernah dipuji-puji oleh masyarakat luas itu. Arum tidak mau kalah. Pada saat itu kedua kakinya telah meninggalkan tanah dan dengan gerakan berputar pedangnya menangkis serangan.