Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (61), Demang Pemuja Perang

9 September 2024   06:45 Diperbarui: 9 September 2024   06:45 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Tulus mengajak Arum jalan-jalan. "Sepertinya sudah lama kita tidak pergi jalan-jalan! Bagaimana kalau sekarang kita pergi?"

"Baik, aku akan menyiapkan bekal dulu, Kanda!" seru Arum dengan nada ceria. "Ke mana?"

Sebetulnya Tulus mau mengambil kitab pusaka pemberian Mbah Kucing yang ia simpan di suatu tempat di puncak Bukit Linta. Namun tujuan yang terpenting adalah ingin menyenangkan hati istrinya. Senyum Arum adalah surga baginya. "Dinda ingin ke mana?"

"Aku sih terserah Kanda!"

Saat itu Mbok Semi muncul di depan kamar, memberitahu Tulus bahwa ada seorang murid yang minta ijin untuk bertemu. Tulus lalu keluar menuju ruang tamu.

"Mohon maaf, Guru. Saya menerima titipan surat untuk diberikan kepada Guru!" kata murid yang bernama Saidi, lalu dengan hati-hati mengulurkan surat dengan kedua tangannya.

"Surat dari siapa?"

"Maaf, saya tidak mengenalnya, tapi dia seorang perempuan!"

"Baik, terima kasih!" Setelah menerima surat, dengan penasaran Tulus langsung membukanya.

'Selamat pagi dan salam hangat, Cak Tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun