Sebelum shalat Dhuhur, Tulus lebih dulu pergi ke warung di seberang jalan untuk memesan tempat. Tapi pemilik warung mengatakan bahwa kebetulan siang itu semua tempat telah dipesan oleh Perguruan Macan Abang.
"Sudah dipesan semua?"
"Iya benar. Mohon maaf, Raden!" ucap pemilik warung.
"Ada acara apa mereka, Paman?" tanya Tulus merasa penasaran.
"Maaf saya kurang tahu pasti, Den. Mereka sudah pesan sejak dua hari yang lalu!"
"Baik.., tolong nanti kalau ada Roro Ajeng, saya tunggu di langgar. Terima kasih, Paman!" Tulus segera menuju langgar.
***
Roro Ajeng berulang kali membaca surat yang baru ia terima, yang dikirim oleh seorang berseragam murid Perguruan Benteng Naga. Seakan ia tidak percaya bahwa Tulus menulis surat untuknya,
'Salam hangat Dik Ajeng
Dik, kalau ada waktu nanti sehabis Dhuhur aku ingin ketemu. Ada hal penting dan mendesak yang ingin aku bicarakan, soal siapa pembunuh ayahmu. Aku tunggu di warung ayam bakar depan langgar.
Salam hangat! Tulus'