Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (61), Demang Pemuja Perang

9 September 2024   06:45 Diperbarui: 9 September 2024   11:22 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

'Selamat pagi dan salam hangat, Cak Tulus.

Sebelumnya aku mohon maaf karena telah lancang menulis surat ini, tapi aku merasa wajib untuk menyampaikannya. Aku mengetahui rahasia bahwa yang membunuh ayahku dan Cak Woto adalah adikmu, Topo Surantanu. 

Tolong jika ada waktu temui aku nanti setelah Dhuhur di warung ayam bakar depan Langgar, aku akan beberkan bukti-bukti semua kejahatan Topo, khususnya yang ia lakukan kepada keluargaku.

Terima kasih dan salam hangat.

Dari Roro Ajeng.'

Arum muncul di ruang tamu dengan menenteng dua kantung bekal pakaian dan makanan. Ia menangkap ada sesuatu yang janggal dari sikap suaminya. "Ada apa, Kanda?"

"Hm.., Dinda, bagaimana kalau kita pergi besok saja?"

Arum semakin yakin ada sesuatu dengan suaminya. "Kenapa?"

Tidak ada pilihan lain, Tulus selama ini memang selalu jujur dan terbuka kepada istrinya, orang yang paling dicintainya di dunia. Ia lalu menunjukan surat itu.

Setelah membaca, Arum malah memberi saran, "Kanda temui saja Mbak Ajeng! Kasihan dia! Aku tidak apa-apa kok!"

"Terima kasih, Dinda!" jawab Tulus sambil mencium dahi istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun