Oleh: Tri Handoyo
Tulus mengajak Arum jalan-jalan. "Sepertinya sudah lama kita tidak pergi jalan-jalan! Bagaimana kalau sekarang kita pergi?"
"Baik, aku akan menyiapkan bekal dulu, Kanda!" seru Arum dengan nada ceria. "Ke mana?"
Sebetulnya Tulus mau mengambil kitab pusaka pemberian Mbah Kucing yang ia simpan di suatu tempat di puncak Bukit Lintah. Namun tujuan yang terpenting adalah ingin menyenangkan hati istrinya. Senyum Arum adalah surga baginya. "Dinda ingin ke mana?"
"Aku sih terserah Kanda!"
Saat itu Mbok Semi muncul di depan kamar, memberitahu Tulus bahwa ada seorang murid yang minta ijin untuk bertemu. Tulus lalu keluar menuju ruang tamu.
"Mohon maaf, Guru. Saya menerima titipan surat untuk diberikan kepada Guru!" kata murid yang bernama Saidi, lalu dengan hati-hati mengulurkan surat dengan kedua tangannya.
"Surat dari siapa?"
"Maaf, saya tidak mengenalnya, tapi dia seorang perempuan!"
"Baik, terima kasih!" Setelah menerima surat, dengan penasaran Tulus langsung membukanya.