"Sampaikan padanya!" kata Ki Demang begitu menerima laporan, "Bahwa saya mengundangnya untuk datang ke pendopo kademangan!"
Panji Segoro pun menemui Jumawa Subandar di Warung ayam bakar. "Permisi tuan pendekar, kalau saya tidak salah, bukankah Panjenengan adalah Ki Juwaima Pendekar Pertapa Sakti?"
"Tidak salah!"
"Syukurlah! Perkenalkan, saya Panji Segoro selaku kepala desa di sini. Saya menghaturkan selamat datang!" kata Panji dengan sangat santun.
"Terima kasih atas sambutannya Ki Lurah!"
"Ini merupakan suatu kehormatan bagi kami, Tuan Pendekar. Begini, saya menyampaikan bahwa pimpinan kami, Ki Demang Wiryo Kertosastro, mengundang anda untuk datang ke pendopo kademangan!"
Tanpa menemui kendala yang berarti, Ki Juwaima menerima undangan dengan senang hati. Mereka berdua segera berangkat menuju kademangan.
Mereka disambut Ki Demang dan beberapa pengawalnya di depan pendopo, dan langsung dipersilakan masuk menuju ruang yang cukup besar. Berbagai macam hidangan sudah tersedia di atas meja, seperti layaknya penyambutan seorang tamu agung.
Setelah basa-basi beberapa saat, akhirnya Ki Demang bertanya, "Mohon maaf Ki Juwai, apabila ada hal penting yang membuat anda berkunjung ke wilayah kami, perkenankan kami untuk membantu sebisa kami?"
"Terima kasih atas kemurahan hati Ki Demang. Begini, saya mendengar kabar adanya kitab 'Serat Sekti Mandraguna'," ujar Subandar, "Saya ingin mendapatkan kitab itu untuk mengobati penyakit saya!"
Ki Demang menengok ke arah Cak Topo, "Ah.., belakangan kitab itu memang ramai dibicarakan orang, Ki! Ada juga seorang pendekar dari Demak yang datang ke sini dua hari yang lalu, juga hendak mencari kitab itu! Sayangnya kami sendiri belum pernah melihat wujud kitab yang menghebohkan itu. Tapi setelah kami melakukan penyelidikan, kami berkeyakinan mengenai siapa orang yang menyimpan kitab itu!"