Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (55): Amanat Keramat

2 September 2024   05:17 Diperbarui: 2 September 2024   09:18 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ki Wonokerto, Raja Jayanegara awalnya bermaksud membuat prasasti. Sebetulnya warga Bedander tidak mengharapkan penghargaan semacam itu, karena bagi mereka apa yang dilakukan itu sudah merupakan kewajiban. Mereka memberikan bantuan semata-mata atas pertimbangan kemanusiaan. Ini tentu saja 'Makanan Ruhani' yang tidak mudah dikonsumsi orang biasa.

Ki Wonokerto adalah orang yang sudah lama meninggalkan segala kenikmatan dunia, sehingga prasasti dikawatirkan bisa mencemari sebuah keikhlasan. Di samping itu ia juga tidak ingin kedamaian di wilayah Bedander nantinya terkotori urusan politik dan pertarungan perebutan kekuasaan. Bahkan para pemuda yang ditawari untuk menjadi prajurit Majapahit pun hanya beberapa gelintir saja yang bersedia. Padahal Bedander dihuni oleh orang-orang yang tidak mengenal kata takut dan rata-rata berilmu tinggi.

Saat peristiwa itu terjadi Mbah Kucing yang bernama asli Jirnodhara terlibat langsung. Ia adalah salah satu pemuda Bedander yang direkrut sebagai prajurit Majapahit, yang di masa mudanya adalah pembantu pribadi Ki Wonokerto.

Atas sarannya, akhirnya untuk mengenang peristiwa pelarian prabu di Bedander, maka dibangunlah sebuah pesanggrahan berupa Pager Banon. Pesanggrahan itu kelak dikenal dengan nama "Pesanggrahan Buyut Bedander". Sebuah sumur juga dibangun di atas sumber mata air yang sangat jernih yang dikenal dengan Sumur Gemuling.

Tatkala Jirnodhara akhirnya memutuskan mundur dari segala hiruk-pikuk dunia, ia berniat pulang kampung dan mengabdikan diri kepada gurunya. Setelah gurunya meninggal dunia, baru ia memutuskan mengembara ke seluruh pelosok Nusantara. Ia belum akan mati sebelum tugasnya mewariskan semua ilmu dan menemukan sosok pewaris kitab pusaka selesai. Kitab pusaka yang menjadi incaran para pendekar besar di seluruh Nusantara.

"Sebelumnya aku pernah mewariskan kitab ini kepada Japa!" kata kakek sakti itu dengan serius, "Akan tetapi ia mengembalikan kepadaku, karena ia lebih tertarik untuk mendalami agama. Aku pikir sekarang kamulah yang bisa menjaga dan merawat ini!"

"Insyaallah saya akan menjaga dan merawat amanat keramat Mbah Kucing dengan sebaik-baiknya!" janji Tulus sepenuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun