Ketika mereka memasuki area candi, ada seorang lelaki berumur sekitar tujuh puluh tahun berdiri menyambut. Lelaki bertelanjang dada dan berambut panjang itu memeluk Tulus dengan hangat.
"Bagaimana kabarnya Paman Kidang?" tanya Tulus mendahului.
"Seperti yang Raden lihat, aku sehat-sehat saja!"
"Ini Arum Naga, istri saya, Paman!" Tulus memperkenalkan istrinya. "Dia putri mendiang Mpu Naga!"
Arum mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan lelaki yang dipanggil Paman Kidang Talun itu. "Salam, Paman!"
"Hm... kalian pasangan yang sangat serasi!" puji Ki Kidang Talun jujur. Ia kemudian mengajak mereka duduk di pelataran yang dinaungi pohon besar yang teduh. "Ada energi positif yang menyertai kalian, energi yang memancarkan cahaya terang. Apa kalian habis berendam di air suci pertitaan?"
Arum dan suaminya hanya tersenyum. Arum menduga lelaki tua yang pandai memuji itu hanya asal menduga. 'Jika benar energi itu diperoleh setelah berendam, kenapa tidak disebut berendam di air Sendang Made?'
"Bakal calon bayi dalam kandunganmu sangat beruntung karena dipenuhi energi itu!" sambung Ki Kidang Talun.
Sekarang baru Arum benar-benar dibuat keheranan. Ia akhirnya maklum bahwa lelaki itu pasti bukan orang sembarangan. Terbukti ia orang 'waskita', memiliki pandangan batin yang sangat tajam.
"Menurut Paman Kidang, apa istri saya sedang hamil?"
"Ha..ha.., Raden pasti lebih tahu daripada saya!"