"Ya siapa lagi kalau bukan kandamu ini!"
"Huu..!" Arum mencibirkan mulutnya sementara tangannya mengusap pipi Tulus dengan pandangan mata bangga. "Kalau begitu yang ke lima Kanda Pendekar Kebokicak, terus yang ke enam?"
Mereka berdua juga belum mendengar kabar bahwa Nini Jailangnak pun telah tewas, dan pembunuhnya, Topo Surantanu, berpeluang besar untuk menggeser kedudukan Si Nenek Siluman itu. Topo dan Tulus kini menjadi dua tokoh yang merajai wilayah selatan.
"Yang berikutnya ini yang lebih sakti di antara mereka semua, tapi jarang orang yang mengenalnya. Dia adalah Cak Japa, yang merajai wilayah tengah!"
Sawah ladang berpetak-petak ditumbuhi padi yang menghijau, dibelah oleh sebuah sungai yang berkelok-kelok, dengan diselingi pohon-pohon besar yang masih bertahan di antara luasnya persawahan buah karya manusia. Sebuah tempat yang agak tinggi dan tampak rimbun, kelihatan menonjol di tengah hamparan persawahan itu, dan seolah-olah segala keindahan berpusat di sana.
"Terus setelah Cak Japa?"
"Mbah Kucing. Ini lebih sakti dibanding mereka semua tapi juga lebih tidak dikenal oleh masyarakat luas!"
Tadinya Arum berpikir mereka akan menuju ke arah pulang, tapi ternyata dokar berbelok ke kiri memasuki jalan yang agak kecil. "Ke mana ini Kanda?"
"Kita akan ke salah satu tempat petilasan ayah Mpu Naga!" jawab Tulus. "Dinda, dulu aku pernah diajak Mpu Naga ke pertirtaan Sumber Beji, di situ kami bersuci dan bermeditasi semalam. Kemudian ke Sendang Made, dan kami berendam dan bersemedi sehari semalam di sana, dan terakhir ke pertapaan di Candi Tampingan. Semasa mudanya Mpu Naga sudah pernah melakukan itu, dan beliau meyakini bahwa cita-citanya terkabul karena serangkaian tirakatan itu. Perjalanan yang kita lakukan sekarang ini adalah tapak tilas Mpu Naga!"
Nyonya muda yang cantik itu sangat gembira bisa mengunjungi tempat-tempat dan mendengar cerita-cerita yang berkaitan dengan ayahnya, karena semasa hidupnya mendiang Mpu Naga jarang mau menceritakan pengalaman hidupnya kepada putri semata wayangnya itu.
Mereka telah sampai di tapal batas Desa Tamping Mojo, di mana lokasi Candi Tampingan berada. Candi tersebut diduga merupakan peninggalan kerajaan Mataram Kuno, karena kawasan Tembelang diyakini dulunya merupakan ibukota kerajaan tersebut.