Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (49), Pertirtaan Para Raja

18 Agustus 2024   21:48 Diperbarui: 18 Agustus 2024   22:42 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika masih akrab dengan Tulus, Ajeng mulai menyadari bahwa ia tetap butuh sosok ibu buat tempat mengadu. Jenar pun semakin mau membuka diri dan mendengarkan keluhan putrinya dengan sabar. Ajeng berinisiatif memulai percakapan lebih intim dengan ibunya karena ia tidak punya teman yang membuat ia merasa nyaman untuk menceritakan semua masalahnya. Kadang ibunya memang masih suka menghakimi, tetapi ia memiliki Tulus yang selalu mampu mendamaikan hatinya.

Pertambahan usia kerap disamakan dengan pertumbuhan kedewasaan seseorang. Ini pula yang mungkin perlahan-lahan mengikis kecenderungan sikap mengontrol dan kekerasan yang dilakukan Jenar. Namun sejak Ajeng menjalin hubungan dengan Topo Surantanu, ia kembali suka membangkang dan berbuat seperti hanya menuruti kehendaknya sendiri.

Luka kekecewaan masih membarah di batin Ajeng karena ia merasa tidak dipercaya oleh orang tua. Oleh karenanya, ia memilih sepakat untuk tidak sepakat dengan orang tuanya. Sewaktu-waktu ia bisa memutuskan keluar dari rumah dan pergi bersama kekasihnya, Topo Surantanu. Keputusannya sudah bulat mengenai itu.

***

Tulus dan Arum membentuk Tim Tujuh yang bertugas mengelola dan menyalurkan dana harta karun kepada masyarakat yang membutuhkan. Tim yang bermarkas di Pedepokan Benteng Naga ini memiliki anggota tujuh orang di setiap tingkatan mulai dari kademangan hingga kabuyutan, di seluruh pelosok desa. Tim ini diisi oleh orang-orang yang siap berjuang secara ikhlas semata-mata demi mencari ridha Allah.

Tulus juga membeli beberapa bidang tanah persawahan di beberapa lokasi. Sawah ini dikelolah oleh Tim Tujuh, dan hasil panennya sebagian digunakan untuk menggaji anggota dan sebagian besar disumbangkan kepada masyarakat miskin. Tim ini tugasnya khusus memastikan bahwa tidak ada orang di wilayah kademangan yang sampai kelaparan.

"Harta karun ini mungkin dulunya hasil dari memeras rakyat," kata Tulus kepada Arum, "Nah, sekarang saatnya kita mengembalikannya kepada rakyat!"

"Iya, Kanda!" jawab Arum singkat. Dalam hati ia benar-benar bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi seorang suami yang tulus ikhlas membantu sesama, seperti ayahnya.

Tulus memperhatikan bahwa sepeninggal Mpu Naga, ia belum pernah melihat istrinya tersenyum ceria. Ia rindu melihat saat-saat istrinya dengan wajah gembira berlarian dan berlompatan di atas rumput sambil bernyanyi. Belakangan mereka memang disibukan soal penyaluran bantuan. Gadis yang dahulu berwatak periang, yang wajahnya selalu berseri-seri itu kini menjadi pendiam dan ada bayangan muram di sana.

"Tuan Putri!" Tulus kadang suka memanggil istrinya dengan sebutan itu, tapi jika tidak ada orang lain di antara mereka.

"Iya Kanda..?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun