Dari kilatan cahaya obor, sosok penyusup yang terluka itu sempat ambruk, tapi ia bangkit lagi, lalu mengusap-usap lukanya dengan tanah. Semua pasang mata dibuat terbelalak, karena penyusup itu kembali berdiri tegak, tampak semua bekas luka-luka itu kembali utuh seperti semula.
Ki Demang dan dua belas orang yang masih tersisa itu sulit mempercayai pandangan mata mereka sendiri. Mereka menjadi ragu-ragu untuk kembali menyerang.
Topo menerjang maju dan merampas dua pedang dan menancapkan ke pemiliknya sendiri. Dua orang lagi roboh menemui malaikat maut.
Ki Demang dan tinggal sepuluh orang pengawalnya yang tersisa diam-diam melangkah mundur. "Siapa kamu?" Ia bertanya dengan suara bergetar, "Ada urusan apa menyerang kami? Apa salah kami?"
"Saya mendapat perintah dari Nini Jailangnak," jawab Topo dengan nada dingin, "Nenek Siluman itu memerintahkan aku untuk mencabut nyawa semua yang hidup di tempat ini, karena kalian telah berani membunuh Ki Blandotan Kobra!"
Ki Demang Wiryo dan semua anak buahnya diam seribu bahasa. Mereka sadar, tidak ada jalan keluar kecuali bertarung sampai tetes darah penghabisan.
"Itulah kesalahan terbesar kalian!" pungkas Topo.