Oleh: Tri Handoyo
"Apa kamu serius?" tanya Mbah Gering dengan sorot mata tajam.
"Ya! Saya sangat serius, Mbah!" jawab Ricky tegas, sambil menelan ludah. Terasa pahit lantaran rasa bersalah.
"Hm.., baik!?" Mbah Gering merasa aneh dengan permintaan konyol kliennya itu, "Aku ulangi untuk terakhir kali, pikirkan baik-baik, kamu minta aku menyantet anak kandungmu sendiri?"
"Iya. Saya sudah kehabisan akal, Mbah!" keluh Ricky seraya menarik nafas panjang, "Anak bungsu saya itu sudah sangat keterlaluan. Sering membuat malu keluarga. Saya pikir ini jalan satu-satunya untuk menyingkirkannya, daripada martabat dan kehormatan keluarga saya tercoreng oleh anak durhaka itu!"
Ricky mempunyai tiga anak laki-laki. Anak bungsunya yang bernama Surya, itulah yang dia anggap sering membuat malu keluarga, dan belakangan justru mengancam keselamatan seluruh anggota keluarga. Jalan terbaiknya adalah menyingkirkannya dengan cara disantet.
Dukun santet bernama Gering itu mempunyai bentuk kepala unik, mirip kambing, khas pula dengan jenggot sejumputnya. Rambut kepalanya hanya menyisahkan beberapa helai rambut yang memutih dan dibiarkan panjang. Wajahnya tertutup bedak hitam. Aneh. Di lehernya yang jenjang tegantung kalung dari tulang belulang, dan sebagai bandulnya adalah tengkorak ular Sanca besar.
'Gering' dalam bahasa Jawa bisa diartikan sakit atau kurus kering, dan itu sangat cocok dengan perawakan tubuh dukun santet tersebut.
Sejak awal melangkahkan kaki memasuki ruangan itu, Ricky merasakan dingin dan dipenuhi suasana magis. Ruang sempit itu penuh benda-benda aneh berserakan.
Mbah Gering memberitahu mengenai biaya dan syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk menyantet. "Kamu ingin dia menderita sakit berkepanjangan atau langsung mati?"