"Eit..eit.., jangan coba-coba berkelit! Kami sudah tahu semuanya!"
"Maaf Ki Geni dan Ki Gong..."
"Hmm..bagus!" potong Ki Geni, "Rupanya kau mengenali kami! Ha..ha..ha..!"
"Iya, apakah kalian sudah lupa peristiwa di sebuah pasar, kalian mengeroyok seorang bocah yang akibatnya tangan Ki Gong patah dan gigi Ki Geni rontok?"
Ki Geni dan Ki Gong saling bertatap pandang satu sama lain. Dengan mimik muka menyimpan rasa penasaran, Ki Gong melontarkan pertanyaan, "Apa urusannya dengan kamu?"
"Rupanya anda lupa, aku adalah bocah itu!"
Mendengar itu Ki Geni dan Ki Gong kembali saling bertukar pandang dengan wajah berubah pucat. Tentu peristiwa itu tidak akan pernah terlupakan di sepanjang sisa kehidupan mereka.
"Ya, akulah anak yang kalian keroyok itu!"
"Hei anak muda!" kata Ki Geni melunak, "Kami hanya meminta dengan baik-baik, tapi jika kamu tidak mengijinkan, maka kami tidak akan memaksa!" Selesai berkata demikian, kedua orang pendekar itu pun memilih secepatnya pergi.
Seorang sesepuh kampung mendekati Japa dan melontarkan pertanyaan dengan penuh kekaguman, "Maaf anak muda, siapakah anda dan siapa guru anda?"
"Nama saya Japa, pak. Saya murid seorang kakek yang bukan siapa-siapa!" jawab Japa lirih.