Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (21): Yang Tak Tergantikan

3 Juli 2024   07:22 Diperbarui: 3 Juli 2024   07:28 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Lapangan Bubat telah sepi. Beberapa nama tempat pun diganti. Namun masih tinggalkan kenangan luka menganga yang tak terperi. Di sisi lain, itu merupakan peluang bagus para jiwa Sengkuni yang penuh kedengkian untuk menghabisi karir Gajah Mada. Mereka sengaja memperuncing dan menyebarluaskan stigma bahwa Gajah Mada telah 'mbalelo', telah mengkhianati raja. Para politisi jahat itu mati-matian membangun narasi untuk meyakinkan publik bahwa sosok mahapatih besar itu tidak lebih dari hanya seorang pengkhianat.

Cap sebagai pengkhianat terhadap negeri sendiri adalah duka nestapa tak terperi. Ketersiksaan hebat yang harus diterimanya itu membuatnya memilih menghilang.

Kedigdayaan yang selama ini telah ikut membesarkan Majapahit berakhir tragis, terkoyak-koyak oleh hasutan para Sengkuni licik. Satu kesalahan fatal. Ikrar besarnya untuk menyatukan Nusantara itu telah berubah menjadi bumerang.

Sebuah langkah pengunduran diri merupakan wujud permintaan maaf yang tulus, dan itu hanya mampu dilakukan oleh pendekar sejati. Air mata yang ia sembunyikan dengan rapi itu tetap merembes ke lubuk hati masyarakat luas. Rakyat berduka. Kini hanya doa suci yang berkumandang dari seluruh pelosok negeri, beri dukungan penuh cinta.

***

Lantaran sangat kesulitan untuk mendapatkan pengganti Gajah Mada, Raja Hayam Wuruk akhirnya mengadakan sidang khusus Dewan Saptaprabu. Namun rupanya tidak ada satu pun yang layak dan sanggup menggantikan posisi tersebut.

Sang Prabu kemudian menunjuk sekurang-kurangnya empat Mahamantri Agung dibawah pimpinan Punala Tanding untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara. 

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka kemudian digantikan oleh dua orang menteri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Setelah berjalan beberapa bulan, pada tahun 1367 Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi.

Setelah Gajah Mada tiada, beberapa kerajaan di bawah Majapahit memerdekakan diri, antara lain Palembang, Dharmaraya dan Pagarruyung (Minangkabau). Kerajaan Tanjung Pura di Borneo mengadakan hubungan luar negeri secara bebas tanpa melalui Majapahit lagi. Satu per satu kerajaan-kerajaan lain pun memisahkan diri.

Prabu Hayam Wuruk menyadari bahwa kebesaran Majapahit tidak bisa dipisahkan dari kebesaran Gajah Mada. Kemasyuran Hayam Wuruk pun tidak terlepas dari jerih payah Sang Patih Mangkubumi ulung itu.

Di India yang saat itu masih dalam keadaan terpecah-pecah, ada seorang biku bernama Seri Budhatiya yang mengagung-agungkan Prabu Hayam Wuruk lewat karangan kitabnya yang disebut Bhogawali. Ini salah satu bukti yang menunjukkan kemasyuran Kerajaan Majapahit.

Majapahit yang wilayahnya membentang seluas wilayah negara-negara Asia Tenggara, yang begitu ditakuti dan disegani di dunia, hanya tinggal kenangan. Sepeninggal Gajah Mada, Kerajaan Majapahit bagaikan terjun bebas dari puncak ketinggian ke jurang kehancuran. Lambat laun namun pasti.

***

Mpu Prapanca, yang bernama asli Dhang Acarya Nadendra, sebagaimana yang tercantum dalam Prasasti Canggu 1358 Masehi, adalah seorang yang berkedudukan sebagai Dharmadyaksa Ring Kasogatan. Sementara Prapanca adalah nama samaran yang digunakan sewaktu ia menulis Kakawin Nagaraketagama, kitab yang ditulis setelah pensiun dan menepi di desa yang bernama Kamalasana.

Mpu Prapanca hidup di era awal hingga Majapahit mencapi puncak kejayaannya. Dalam kitab gubahannya ia menguraikan kebesaran dan kemakmuran Majapahit. 

Ia tahu betul bagaimana Majapahit mengikuti haluan politik ekspansif Kertanegara yang dilancarkan oleh Mahapatih Gajah Mada, yakni melakukan penyatuan seluruh wilayah-wilayah di luar Jawa. Mpu Prapanca juga menguraikan bagaimana jalinan hubungan birokrasi antara pusat dan daerah, dan hubungan dengan luar negeri.

Setelah terjadinya tragedi Bubat, Mahapati Gajah Mada kemudian melepaskan semua jabatannya dan mengasingkan diri. Tidak berselang lama kemudian Dang Acarya Nadendra sendiri juga kehilangan kedudukannya, maka ia menggunakan nama Prapanca yang berarti keprihatinan. 

Pada waktu menyusun kitab Nagarakrtagama, hidupnya memang sedang diliputi keprihatinan luar biasa. Prihatin karena kehilangan sosok Gajah Mada, sebagai seorang sahabat dekat dan pilar kokoh Majapahit.  Prihatin karena membayangkan keruntuhan Majapahit sudah di depan mata, sebagaimana yang telah diramalkan oleh beberapa tokoh spiritual selama ini.

Mpu Prapanca merupakan pribadi yang unik. Gelar mpu menunjukan bahwa beliau seorang yang arif, bijak dan cerdas. Ia memang dikenal sebagai seorang cendekiawan istana. Namun, ia memakai nama Prapanca, yang juga memiliki makna akan sosok yang kurang ajar, terlalu bodoh, tidak menganut ajaran yang luhur, dan tak pantas dijadikan suritauladan. 

Nama yang layak dihukum dengan dipukul berulang kali. Seolah-olah dia merasa tidak pantas menyandang nama Nadendra, pantasnya bernama Winada, yang artinya orang yang tercela dan cacat. Sebetulnya itu dipakai sebagai sindiran untuk para pejabat yang mulai kehilangan jati dirinya.

Mpu Prapanca juga menggubah Kakawin Niratha Prakretha yang memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam persoalan kearifan hidup. Menurut kitab tersebut, dengan akal budinya manusia akan bisa mengatasi segala marabahaya dalam perjalanan mengarungi kehidupan. 

Dengan itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Kemudian dengan ketekunan dan kesabaran manusia akan memperoleh bimbingan dari Tuhan. Semua itu dalam rangka agar tidak terjerumus ke dalam jurang kesengsaraan. selanjutnya, manusia dianggap mulia dan kaya jika senantiasa berderma.

Mpu Prapanca juga menulis beberapa karya seperti Kitab Parwasagara, Bhismasaranantya, Sugataparwa, dan dua kitab lagi yang belum selesai, yaitu Saba Abda dan Lambang. Namun semua itu sampai sekarang belum ditemukan atau barangkali sudah lenyap karena rusak.

Mengenai kakawin Negarakretagama yang ditulis di usia yang sangat tua, merupakan untaian aksara yang terangkai indah dalam bentuk syair Jawa Kuna. Itu menjadi sebuah warisan yang tak ternilai harganya bagi rakyat Indonesia. Dalam karya itu ia menguraikan keadaan keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk.

Karya sastra yang menyanjung dan mengagung-agungkan Raja Majapahit Hayam Wuruk murni atas kehendak sang pujangga yang ingin menghaturkan bhakti kepada Sang Prabu, serta kepada bangsa dan negara.

Selain itu juga berisi sanjungan kepada Mahapatih Gajah Mada, melalui penggambaran sifat-sifat luhur tokoh tersebut. Ada lima belas sifat yang istimewa yang membuat sang tokoh mencapai puncak tertinggi, yang menurut Mpu Prapanca sifat-sifat ini wajib dimiliki oleh setiap pemimpin. Kelimabelas sifat yang terabadikan dalam kitabnya itu adalah:

Pertama. Gajah Mada bersifat Wijaya, artinya bertindak arif bijaksana, sehingga dalam keadaan isbanding apapun ia selalu dapat menemukan jalan keluar yang terbaik.

Kedua. Bersifat Mantriwira, artinya ia orang yang berani membela negara. Keberanian dan keteguhannya dalam mengahadapi bahaya yang mengancam negara tidak ada bandingnya.

Ketiga. Bersifat Wicaksaneng, artinya bijak dan cermat dalam memperhitungkan untung rugi dan segala resiko. Kepentingan umum selalu menjadi pokok pertimbangannya.

Keempat. Bersifat Matanggwan, artinya terpercaya atau amanah. Ia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjalankan apa yang sudah menjadi tugas yang dipercayakan kepadanya. Jika ia merasa melakukan kesalahan, ia siap menerima hukuman.

Kelima. Bersifat Satya Bhakti Aprabhu, artinya setia dan berbakti kepada negara. Jika mau, Gajah Mada bisa dengan mudah merebut mahkota dan menduduki singgasana Majapahit. Tapi itu tidak dilakukannya. Dia sesungguhnya memiliki kekuasaan dan pengaruh yang jauh lebih besar isbanding raja sendiri.

Keenam. Bersifat Wagmi wak, artinya pandai berpidato. Kepandaian ini adalah senjatanya yang paling ampuh, sehingga banyak di antara lawan-lawan politiknya yang akhirnya tunduk hanya dengan kekuatan argumentasinya. Pada tahun 1343, di paseban Majapahit, Gajah Mada dengan berapi-api mencetuskan sumpahnya untuk mempersatukan nusantara. Pidatonya ini menggelegar bagai petir di benua Asia.

Ketujuh. Bersifat Sarjjawopasama, artinya bersikap rendah hati. Bagi orang besar yang berderajad tinggi tentu tidak mudah untuk bersikap rendah hati. Ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang memiliki tujuan mulia dalam hidupnya.

Kedelapan. Bersifat Dhirotsaha, artinya rajin bekerja dan tekun belajar. Kerajinan dan ketekunan adalah syarat mutlak yang dimiliki semua orang besar.

Kesembilan. Bersifat Tan Lalana, artinya selalu riang gembira. Gajah Mada adalah orang yang tidak mudah bersedih hati dan tidak pernah mengeluh.

Kesepuluh. Bersifat Diwyacitra, artinya mau mendengarkan dan menerima masukan dari orang lain. Dia pemimpin yang pandai menyerap aspirasi masyarakat.

Kesebelas. Bersifat Tan Satrisna, artinya tidak mengejar kesenangan pribadi dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi

Keduabelas. Bersifat Sih Samastabhuwana, artinya menyayangi semua makhluk di alam semesta.

Ketigabelas. Bersifat Ginong Pratidina, artinya berbuat untuk selalu menjadi yang terbaik. Demi mencapai kesempurnaan hidup, dia berprinsip bahwa hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin.

Keempatbelas. Bersifat Sumantri, artinya berperilaku terpuji. Sebagai pejabat tinggi negara ia mampu memberikan suritauladan yang baik dan menjadi panutan.

Kelimabelas. Bersifat Anayaken Musuh, artinya menumpas musuh yang jelas membahayakan negara. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan keberanian.

***

Pandangan mata Eyang Dhara menerawang jauh ke masa silam. Keningnya yang keriputan itu menjadi makin nyata garis-garisnya. "Orang bisa menjadi sangat terkenal hanya oleh karena satu kesalahan fatal yang ia perbuat, dan itu mampu menghapus seribu kebaikan yang telah ia lakukan selama ini!"

"Iya betul, Eyang!"

"Japa, jangan pernah sekali-kali melupakan sejarah!" pesannya lirih, "Tanpa jasa Mpu Prapanca lewat karya-karyanya, generasi yang akan datang tidak akan pernah tahu kehebatan dan kebesaran para leluhur kita!"

Setelah mendengar cerita kehidupan tokoh kebanggannya yang berakhir tragis, Japa Dananjaya pun larut dalam kesedihan. Gajah Mada adalah salah satu manusia yang sangat diberkati Tuhan, dengan memiliki begitu banyak kelebihan. Apapun alasannya, dia adalah seorang politisi militer yang paling cerdas dan tangguh serta seorang negarawan yang arif bijaksana sepanjang masa. Tak kan tergantikan. Ini sudah kehendak alam. Belum tentu, setelah beberapa abad lamanya ada seorang manusia di bawah langit Nusantara ini yang mampu menandingi kehebatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun