Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaset Rusak

25 Juni 2024   21:31 Diperbarui: 12 Juli 2024   10:53 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Cuma pisang goreng kok! Di ujung jalan ada warung, mungkin kalau Mas mau makan bisa minta diantar! Anak-anak biasa begitu. Kalau mau berjalan agak jauh, di perempatan sana, ada banyak penjual makanan! Macam-macam, ada nasi goreng, ada..."

"Baik, Pak. Terima kasih!"

Rupanya bapak kos itu memang doyan bicara. Begitu dia menghilang di belokan gang, aku langsung makan sepotong pisang goreng dan menghabiskan segelas teh. Rasa kantuk belum sepenuhnya hilang. Jadi aku menutup pintu, melanjutkan tidur, barangkali lima atau sepuluh menit lagi.

Aku terjaga lagi ternyata ashar sudah lewat. Mungkin karena di luar mendung, ruangan jadi agak gelap. Aku cari tombol lampu dan menyalahkanya.

Setelah mandi dan shalat, sekalian nunggu maghrib datang, aku duduk di kursi, dan baru bisa memeriksa sekeliling dengan seksama. Ada sebuah lemari untuk menyimpan pakaian, sebuah meja dan sebuah kursi, yang semuanya terbuat dari kayu jati. Tampak sudah tua dan kuno. Ada sebuah kipas angin di atas meja yang kabelnya masih menancap di colokan listrik. Satu-satunya colokan.

Setelah maghrib, aku berniat keluar untuk mencari makan. Setelah selesai makan aku cepat-cepat kembali ke rumah. Tapi begitu lewat depan rumah ada suara perempuan memanggil.

"Mas, bisa minta tolong sebentar!"

Aku menengok, ternyata ibu kos. Dia berdiri di dekat pintu sambil membawa sesuatu yang aku tidak begitu jelas. Sepertinya dia mau menunjukan benda itu.

"Iya, Bu!"

"Mari di dalam saja!" katanya sambil mempersilakan masuk.

Ketika memasuki ruang tamu aku merasakan ada sesuatu yang ganjil. Ini ruang yang tadi pagi aku masuki, tapi kenapa sepertinya berbeda. Ruangan itu kini berisi dengan perabotan-perabotan besar dan kuno. Berarti tadi aku tidak sempat memperhatikan semua itu, pikirku demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun